Sumber: Bloomberg | Editor: Syamsul Azhar
BEIJING. Harga properti di China melaju semakin kencang. Pertumbuhan rata-rata harga properti residensial dan komersial di 70 kota per akhir November 2009 mencapai 5,7% per tahun.
Lonjakan harga itu terlihat tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan harga tahunan per akhir Oktober yang masih sebesar 3,9%. Bahkan, pertumbuhan harga per November itu merupakan kenaikan tertinggi sejak Juni 2008.
Biro Statistik Nasional menyatakan, peningkatan harga rumah baru per akhir November sebesar 6,2% per tahun, naik dari pertumbuhan di bulan Oktober, yaitu 4%. Sedangkan kenaikan harga rumah seken per akhir November sebesar 5,5% per tahun.
Laju pertumbuhan harga properti yang semakin cepat menegaskan kecurigaan tentang munculnya gelembung harga aset di China. Asset bubble di sektor properti terjadi karena banyak warga yang memanfaatkan pinjaman bank untuk berspekulasi.
Likuiditas berlimpah
Pemerintah Negeri Tembok Raksasa, Kamis (10/12), berjanji menahan kenaikan harga properti. Perdana Menteri Wen Jiabao menyatakan, pengendalian harga properti penting agar program penyediaan rumah dengan harga terjangkau bisa berjalan.
Untuk menahan laju harga properti, Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Zhang Ping menyatakan, akan menekan transaksi penjualan properti yang berbau spekulasi.
China akan mengecilkan penyaluran kredit pembelian properti untuk menahan harga. Bentuk pengetatan kredit memang masih belum jelas.
Kantor berita Bloomberg, Rabu (9/12), mengutip sumber anonim yang menyatakan, bank sentral China akan menurunkan target penyaluran kredit di 2010 ke kisaran 7 triliun yuan-8 triliun yuan. Lebih rendah daripada penyaluran kredit tahun ini, yang sudah mencapai 8,9 triliun yuan di Oktober.
Namun pelambatan penyaluran kredit di 2010, tidak memadai untuk mengimbangi arus kredit yang deras tahun ini. "Likuiditas yang tersedia masih berlimpah," ujar Wang Ren, analis di CCB International Com.
China juga kebanjiran likuiditas dari luar negeri. Para investor asing sengaja menempatkan dana di China, mengingat yuan diramalkan akan menguat terhadap dollar Amerika Serikat.
Ini yang menjadi alasan para ekonom pesimistis kenaikan harga bisa dijinakkan. "Hingga 12 bulan ke depan, kita harus siap melihat harga yang terus menanjak," ujar Cheng Li-Lan, Chief Financial Officer di broker properti, E-House China Holding Ltd.