kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,73   8,13   0.82%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harvard sebut Singapura terapkan standar emas deteksi virus corona, RI sebaliknya


Selasa, 18 Februari 2020 / 13:55 WIB
Harvard sebut Singapura terapkan standar emas deteksi virus corona, RI sebaliknya
ILUSTRASI. Turis mengenakan masker di Singapura. REUTERS/Feline Lim


Sumber: ibtimes.com,The Straits Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pendekatan yang dilakukan pemerintah Singapura mendapat acungan jempol dari berbagai pihak. Menurut hasil studi terbaru yang dilakukan Harvard terhadap wabah virus corona, Singapura menerapkan "standar emas" untuk pendeteksian kasus. Para peneliti bahkan menyontohkan Singapura sebagai patokan untuk negara-negara lain.

Melansir The Straits Times, hasil studi ini menyimpulkan bahwa jumlah global kasus Covid-19, akan naik 2,8 kali lebih banyak daripada saat ini jika setiap negara lain memiliki kapasitas deteksi yang sama dengan Singapura.

"Kami menganggap deteksi 18 kasus pada 4 Februari 2016 di Singapura sebagai standar emas untuk deteksi nyaris sempurna," tulis empat ahli epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T. H. Chan.

Baca Juga: Ilmuwan China: Obat antimalaria efektif untuk mengobati infeksi virus corona

"Kami memperkirakan bahwa deteksi kasus yang diekspor dari Wuhan di seluruh dunia adalah 38% sensitif seperti di Singapura," tambah mereka.

Di antara apa yang disebut sebagai negara dengan "pengawasan tinggi" di studi tersebut, jumlahnya mencapai 40%. Studi itu mengatakan, kemampuan deteksi di antara negara-negara dengan "pengawasan rendah", hanyalah 11% dari Singapura.

Mengutip The Straits Times, negara-negara dengan pendeteksian kasus tinggi didefinisikan sebagai negara-negara yang mendapat skor tertinggi pada Indeks Keamanan Kesehatan Global (GHSI), yang memberi peringkat negara-negara pada kemampuan pencegahan, deteksi, pelaporan dan kemampuan respons penyakit mereka, di antara negara yang lainnya.

Baca Juga: Virus corona dan ancaman resesi membuat Bursa Asia memerah

Para peneliti juga merujuk pada hasil studi sebelumnya dari sekolah yang menyoroti Singapura sebagai anomali statistik ketika mencoba memperkirakan berapa banyak kasus masing-masing negara berdasarkan volume perjalanan dari Tiongkok.




TERBARU

[X]
×