Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Tidak sulit untuk mengetahui faktor yang mendorong meningkatnya penghimpunan dana lewat penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Hong Kong. Diantaranya suku bunga dalam kondisi terendah, pasar dalam kondisi berkembang, dan ketidakberdayaan akibat pandemi. Namun, faktor terbesar yang sering kali diabaikan adalah meningkatnya keinginan investor China untuk menghindari kontrol modal.
Secara teknis, investor China daratan dibatasi masuk ke IPO di Hong Kong. Pembelian valutas asing tahunan oleh ritel dibatasi maksimum US$ 50.000 dan mereka juga harus berjanji tidak menempatkan uang di sekuritas offshore.
Dalam beberapa bulan terakhir, investor China banyak mengantre memborong saham IPO seperti IPO Kuaishou Technology. Platform media sosial Tiongkok seperti WeChat saat ini tengah gencar membagikan tips bagaimana cara memindahkan uang antara negara (cross border). Di salah satu broker Hong Kong, jumlah permintaan pembuataan akun investor baru dari China meningkat 10 kali lipat tahun ini.
Melansir Bloomberg, Minggu (7/2), tiga broker Hong Kong yang tidak bersedia ditulis namanya mengatakan, kemungkinan pesanan ritel untuk IPO Hong Kong pada paruh kedua tahun 2020 sebagian besar merupakan investor China. Perkiraan mereka didasarkan pada data klien dari perusahaan mereka sendiri serta pengamatan industri.
Baca Juga: Warga Hong Kong berbondong-bondong pindah ke Taiwan, ini sebabnya
Saat ini, otoritas China tampaknya tidak terlalu khawatir. Arus keluar belum tumbuh cukup besar untuk merusak kepercayaan terhadap yuan dan sebenarnya dapat membantu upaya Partai Komunis untuk memperbaiki citra Hong Kong sebagai pusat keuangan.
Namun, risiko mereka yang mengandalkan hiruk pikuk IPO akan bertahan sangat besar. Pasalnya, regulator China pada akhirnya akan memutuskan untuk mematikan keran. “Jelas di beberapa titik, jika aliran tetap tinggi, dan tidak kembali, maka akan ada larangan,” kata Fraser Howie penulis "Red Capitalism: The Fragile Financial Foundation of China’s Extraordinary Rise".
Tentu saja, investor China yang ingin memperdagangkan saham Hong Kong di pasar sekunder memiliki cara legal yang sempurna untuk melakukannya melalui hubungan pertukaran kota antara Shanghai dan Shenzhen.
Ini beroperasi sebagai sistem loop tertutup, yang berarti setiap uang yang mengalir melalui mereka ke Hong Kong pada akhirnya harus kembali ke China setelah investor menjual saham mereka. Satu tangkapan besar: IPO tidak disertakan dalam tautan.
Investor China mengambil saham di Bursa Hong Kong melalui tautan pertukaran atau exchange links. Bagian yang mudah bagi investor China adalah membuka akun perdagangan Hong Kong, yang dapat dilakukan hanya dalam setengah jam di beberapa broker melalui aplikasi seluler.
Sementara tantangannya adalah bagaimana mendanainya. Banyak investor daratan memiliki rekening bank luar negeri di Hong Kong, bank-bank ini cenderung memblokir pelanggan untuk mentransfer kuota valuta asing mereka ke rekening perantara untuk membeli saham. Alternatifnya adalah membuka rekening di bank internasional yang tidak terlalu ketat dalam menegakkan kontrol modal Tiongkok, meskipun itu bisa menjadi proses yang rumit dan memakan waktu.
Solusi kuota lainnya disebut pertukaran dua arah. Investor China pertama-tama mentransfer yuan ke rekening bank di China milik seorang teman, kontak media sosial, atau penukar uang profesional yang sudah memiliki uang tunai di luar negeri. Penukar uang kemudian mengirimkan dolar Hong Kong yang setara ke rekening bank luar negeri investor. Dari sana, itu ditransfer ke akun pialang.
Prosesnya memang sangat berisiko. Pelanggaran aturan valuta asing China bisa dimasukkan ke daftar pengawasan regulator mata uang, izin mendapat kuota tahunan sebesar US$ 50.000 akan ditangguhkan selama tiga tahun, dan bisa menghadapi penyelidikan anti pencucian uang.
Heidi, seorang pekerja media keuangan berusia 26 tahun dari Hangzhou, termasuk di antara investor China yang bersedia mengambil risiko itu karena dia mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan di pasar ekuitas dan real estat daratan. Dia membuka akun saham Hong Kong pada bulan Desember untuk membeli saham di Kuaishou, yang melonjak dalam debutnya pada hari Jumat setelah mengumpulkan US$ 5,4 miliar.
“Banyak perusahaan bagus yang masuk ke daftar di Hong Kong. Risikonya dapat diterima mengingat kecilnya kemungkinan untuk diatur dan kemungkinan keuntungan yang tidak dapat diukur,” katanya.
Sementara Shanghai's Star Board adalah rumah bagi beberapa perusahaan teknologi paling inovatif di China, investor yang memenuhi syarat harus memiliki setidaknya 500.000 yuan di akun saham mereka. Di Hong Kong, siapa pun dapat berlangganan saham baru dan mengambil leverage dengan pinjaman margin, yang tidak diperbolehkan dalam negeri.
Peluang mendapatkan alokasi IPO di Hong Kong juga jauh lebih tinggi sekitar 61%, dibandingkan 0,05% di China, menurut TF International Securities Group Ltd. Pengembalian tahunan dari investasi di IPO Hong Kong berkisar antara 168% hingga 326% di empat tahun hingga 2020, dengan asumsi pembeli memenangkan alokasi ke semua daftar dan menjual pada harga penutupan hari pertama, data TF menunjukkan.