kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hindari perang dagang jilid II, Jepang mulai negosiasi dengan AS pada pekan ini


Senin, 15 April 2019 / 12:45 WIB
Hindari perang dagang jilid II, Jepang mulai negosiasi dengan AS pada pekan ini


Sumber: AFP | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ketika optimisme terhadap kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China makin dekat, Jepang memulai negosiasi sendiri dengan Washington dengan harapan bisa menyelesaikan beberapa masalah dengan sangat cepat.

Dilansir dari AFP, perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Ekonomi Jepang Toshimitsu Motegi akan memulai pembicaraan selama dua hari di Washington.

Sementara di Tokyo pada minggu lalu, Motegi meramalkan pembicaraan kedua pihak akan berjalan dengan penuh kejujuran untuk menghasilkan keputusan tentang bidang-bidang yang akan diskusikan.

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk melakukan diskusi menyeluruh sehingga menghasilkan hasil yang baik sesuai dengan kepentingan nasional kita," kata Motegi.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah bermain keras dengan sejumlah mitra dagang tradisional AS dengan menggunakan tarif dan ancaman lain dalam upaya untuk meningkatkan ekspor negaranya sekaligus mengekang tren defisit perdagangan.

Pada bulan Mei tahun lalu, Trump memerintahkan pemerintahannya untuk menyelidiki kemungkinan pengenaan tarif hingga 25% pada mobil dan suku cadang asing. Rencana tersebut telah mengejutkan industri tersebut dan bisa berdampak serius bagi Jepang dan Eropa.

Presiden AS sering mengeluh bahwa Jepang memiliki keuntungan yang tidak adil dalam perdagangan bilateral dan berjanji untuk memperbaikinya.

Di sisi lain Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan pihaknya sedang mencari perjanjian yang sangat cepat dengan Jepang mengenai pemotongan tarif untuk barang-barang pertanian.

"Saya berharap kita dapat mencapai kesepakatan yang sangat cepat dengan Jepang mengenai beberapa ketentuan sementara dan menyelesaikan banyak masalah lain yang membutuhkan waktu lebih lama," kata Perdue.




TERBARU

[X]
×