Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Universitas Politeknik, yang terletak di semenanjung Kowloon berubah menjadi medan pertempuran pada pertengahan November, ketika para pengunjung rasa membarikade diri mereka. Bentrokan dengan polisi anti huru hara pun tidak terelakkan yang diwarnai hujan bom molotov, meriam air dan gas air mata. Sekitar 1.100 orang ditangkap pada pekan lalu, beberapa saat setelah mereka mencoba melarikan diri.
Polisi mengatakan, mereka menemukan lebih dari 3.000 bom molotov dan ratusan botol cairan korosif di kampus. Tidak jelas apakah ada pengunjuk rasa yang tetap berada di universitas pada hari Jumat. Akan tetapi, polisi mengatakan penangkapan tidak menjadi prioritas dan siapa pun yang ditemukan pertama akan diberi perawatan medis.
Baca Juga: Global Times: Para perancang UU Hong Kong dilarang masuk ke China
Pelaku aksi demonstrasi di Hong Kong marah pada apa yang mereka lihat sebagai campur tangan China dalam kebebasan yang dijanjikan kepada negara bekas jajahan Inggris ini ketika mereka kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997.
China menyangkal campur tangan dan mengatakan tetap berkomitmen untuk menjalankan formula "satu negara, dua sistem" yang diberlakukan pada saat itu dan menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.
Baca Juga: Bursa saham dunia jatuh pasca ketegangan AS dan China berkobar lagi
China bahkan memperingatkan Amerika Serikat pada hari Kamis bahwa mereka akan mengambil "langkah-langkah tegas" dalam menanggapi undang-undang AS yang mendukung aksi pengunjuk rasa anti-pemerintah di Hong Kong, dan mengatakan upaya untuk campur tangan di Hong Kong pasti akan gagal.