Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TEHRAN. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam pengamatan terbarunya melaporkan bahwa saat ini Iran sudah sanggup memperkaya uranium dengan kemurnian mencapai 84%. Temuan ini dinilai cukup mengkhawatirkan karena batas minimum untuk membuat bom nuklir adalah 90%.
Mengutip laporan Bloomberg hari Minggu (19/2), IAEA saat ini masih mencoba untuk menentukan apakah itu diproduksi dengan sengaja. Itu menjadi uranium dengan kemurnian tertinggi yang pernah ditemukan di Iran.
Negara Timur Tengah itu secara bertahap meningkatkan pengayaan uraniumnya sejak tahun 2019, satu tahun setelah AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir.
"IAEA mengetahui laporan media baru-baru ini yang berkaitan dengan tingkat pengayaan uranium di Iran. Direktur Jenderal IAEA @rafaelmgrossi sedang mendiskusikan dengan Iran terkait hasil verifikasi terbaru ini," tulis IAEA di akun Twitter resminya hari Senin (20/2).
Baca Juga: Israel Buka Semua Opsi yang Ada untuk Mencegah Iran Punya Senjata Nuklir
Dibantah Iran
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, pada hari Minggu mengatakan bahwa partikel dengan kemurnian lebih dari 60% memang telah ditemukan oleh inspektur IAEA, namun hal itu pernah terjadi sebelumnya dan bukan kejadian yang luar biasa.
"Adanya partikel uranium atau partikel dengan kemurnian lebih dari 60% dalam proses pengayaan, tapi itu tidak berarti telah terjadi pengayaan lebih dari 60%. Ini adalah sesuatu yang sangat alami. Yang penting adalah produk akhirnya," kata Kamalvandi seperti dikutip Al Jazeera.
Menurutnya, masalah seperti ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dilaporkan oleh IAEA ke negara-negara anggotanya. Terbitnya laporan ini secara luas dilihat Kamalvandi sebagai upaya untuk membelokkan fakta.
Baca Juga: Pengawas Nuklir PBB: Iran Telah Memperkaya Uranium hingga Kemurnian 60%
"Fakta bahwa hal itu telah dibocorkan ke media Barat menunjukkan bahwa ini adalah upaya untuk menodai dan membelokkan fakta. Badan tersebut bisa jadi digunakan sebagai alat politik untuk menekan Iran," pungkasnya.
Awal bulan ini Iran dan IAEA juga sempat saling senggol setelah badan pengawas itu mendapatkan laporan adanya mesin pemurnian canggih IR-6 telah diubah tanpa pemberitahuan.
Iran tentu saja menyangkal tuduhan itu dan menyebutnya sebagai laporan yang salah. Mesin pemurnian IR-6 memang telah digunakan oleh Iran dan mulai berhasil memperkaya uranium hingga kemurnian 60% di situs Fordow sejak bulan November lalu.