Sumber: bloomberg, Reuters | Editor: Sanny Cicilia
NEW YORK. Bursa komoditas dan energi, IntercontinentalExchange Inc (ICE) setuju membeli NYSE Euronext senilai US$ 8,2 miliar. Pembelian tersebut menjadikan perusahaan berusia 12 tahun ini memegang kendali pada pasar saham terbesar dunia.
ICE yang berbasis di Atlanta akan membayar US$ 33,12 per saham pada pemegang saham New York Stock Exchange, atau 38% lebih tinggi dibanding penutupan Rabu (19/12). Kedua perusahaan ini telah sepakat dengan tawaran tersebut dan berharap menutup transaksi pada semester kedua tahun depan.
Nantinya, Jeffrey Sprecher yang memimpin ICE akan menjadi Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan kombinasi tersebut. Sedangkan CEO NYSE, Duncan Niederauer menjadi presiden.
Saham NYSE Euronext melesat 24% menjadi US$ 29,77 di bursa Eropa, sebelum akhirnya dihentikan. Dengan kenaikan tersebut, sepanjang tahun ini, operator bursa New York tersebut hanya melemah 7,5%.
Kapitalisasi pasar ICE naik menjadi US$ 9,3 miliar, begitu sahamnya naik 6,4% sepanjang tahun 2012.
Bisnis derivatif
Sebenarnya minat ICE meminang Big Board sudah datang dua tahun lalu. Ketika itu, ICE menggandeng operator bursa Amerika Serikat lainnya, Nasdaq OMX Group Inc, untuk membeli NYSE seharga US$ 11 miliar. Tawaran tersebut bahkan mengalahkan proposal dari Deutsche Boerse AG, operator bursa Jerman, yang senilai US$ 9,3 miliar.
Namun, tak satupun tawaran tersebut terwujud, karena terpentok regulator Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Ketika itu, pertanyaan merger ini berputar mengenai masa depan NYSE dalam meningkatkan kembali pendapatannya. Bisnis NYSE bertahun-tahun melesu karena margin perdagangan, sumber pendapatan bursa ini, tertekan oleh turunnya peminat perdagangan. Bahkan NYSE sulit mendorong kenaikan laba
Analis UBS, Alex Kramm, lewat risetnya menilai, kedatangan kembali tawaran tersebut masuk akal. Apalagi, NYSE berencana mendirikan lembaga kliring di Eropa, sedangkan ICE sudah memilikinya.
Menurut Kramm, tantangan yang dihadapi kemungkinan tidak akan sama seperti sebelumnya. Dulu, komisi persaingan usaha mengkhawatirkan terjadi monopoli jika seluruh perdagangan saham AS berada di bawah satu atap.
Bisnis ICE bakal meluas kalau berhasil mengakuisisi NYSE. Melalui NYSE Liffe, ICE bisa memiliki bisnis derivatif, yang gagal didapatkannya ketika menawar Chicago Board of Trade.
Andaikan ICE hanya berminat bermain di jalur komoditas dan derivatif, perusahaan asal Eropa ini juga bisa nantinya melepas bisnis perdagangan saham dan opsi NYSE. Bisnis tersebut bisa ditawarkan kepada pembeli yang berminat, salah satunya rival NYSE, yaitu Nasdaq.













