Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti dari Milner Therapeutics Institute dan Gurdon Institute Universitas Cambridge, mengidentifikasi 200 obat yang disetujui dan diprediksi bekerja melawan Covid-19. Hal itu terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Kamis (1/7/2021) di Science Advances.
Mereka menggunakan kombinasi biologi komputasi dan pembelajaran mesin untuk membuat peta komprehensif protein yang terlibat dalam infeksi SARS-CoV-2 — dari protein yang membantu virus masuk ke sel inang hingga protein yang dihasilkan sebagai akibat infeksi.
Dengan memeriksa jaringan ini menggunakan pendekatan kecerdasan buatan (AI), peneliti dapat mengidentifikasi protein kunci yang terlibat dalam infeksi, serta jalur biologis yang mungkin ditargetkan oleh obat-obatan.
Hingga saat ini, sebagian besar pendekatan molekul kecil dan antibodi untuk mengobati Covid-19 adalah obat yang saat ini menjadi subjek uji klinis atau telah melalui uji klinis dan telah disetujui.
Baca Juga: Inilah obat alami untuk menyembuhkan anosmia akibat Covid-19
Sebagian besar fokusnya untuk melawan virus utama atau target inang, atau menghentikan peradangan— di mana pengobatan obat dapat digunakan sebagai intervensi.
Melansir Medical Xpress, tim menggunakan pemodelan komputer untuk melakukan pemeriksaan dari hampir 2.000 obat yang disetujui dan mengidentifikasi 200 obat yang disetujui, yang dapat efektif melawan Covid-19.
Empat puluh obat di antaranya telah memasuki uji klinis, yang menurut para peneliti mendukung pendekatan yang mereka ambil. Ketika para peneliti menguji subset dari obat-obatan yang terlibat dalam replikasi virus, mereka menemukan, bahwa ada dua macam obat – obat antimalaria dan jenis obat yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis – tampak mampu menghambat virus corona, memberikan validasi awal berdasarkan pendekatan data mereka.
Baca Juga: Mulai 1 Juli, begini teknis pelaksanaan vaksinasi anak usia 12-17 tahun
“Dengan melihat ribuan protein yang berperan dalam infeksi SARS-CoV-2, baik secara aktif maupun sebagai konsekuensi dari infeksi, kami telah mampu membuat jaringan yang mengungkap hubungan antara protein ini,” kata Profesor Tony Kouzarides, Direktur Milner Therapeutics Institute, yang memimpin penelitian tersebut.