Sumber: New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Berdasarkan temuan itu, para peneliti menyarankan bahwa kekebalan dapat bertahan selama bertahun-tahun, mungkin seumur hidup, pada orang yang terinfeksi virus corona dan kemudian divaksinasi. Tetapi tidak jelas apakah vaksinasi saja mungkin memiliki efek jangka panjang yang sama.
Tim Prof Ellebedy berusaha menjawab pertanyaan itu dengan melihat sumber sel memori: kelenjar getah bening, tempat sel-sel kekebalan berlatih untuk mengenali dan melawan virus.
Setelah infeksi atau vaksinasi, struktur khusus yang disebut pusat germinal terbentuk di kelenjar getah bening. Struktur ini adalah semacam sekolah elit untuk sel B - kamp pelatihan di mana mereka menjadi semakin canggih dan belajar mengenali serangkaian rangkaian genetik virus yang beragam.
Baca Juga: Vaksin Sinovac diizinkan untuk anak, begini hasil uji klinisnya
Semakin luas jangkauan dan semakin lama sel-sel ini harus berlatih, semakin besar kemungkinan mereka mampu menggagalkan varian virus yang mungkin muncul.
Prof Ellebedy dan rekan-rekannya merekrut 41 orang - termasuk delapan dengan riwayat infeksi virus - yang diimunisasi dengan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech. Dari 14 orang ini, tim mengekstrak sampel dari kelenjar getah bening pada tiga, empat, lima, tujuh dan 15 minggu setelah dosis pertama.
Tim Prof Ellebedy menemukan bahwa 15 minggu setelah dosis pertama vaksin, pusat germinal masih sangat aktif di semua 14 peserta, dan jumlah sel memori yang mengenali virus corona tidak menurun.