kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

IMF Catat Arus Modal Mengalir Kencang ke Pasar Negara Berkembang


Senin, 15 Juli 2024 / 00:15 WIB
IMF Catat Arus Modal Mengalir Kencang ke Pasar Negara Berkembang
ILUSTRASI. Petugas menghitung mata uang asing dolar Amerika Serikat (US$) di konter jasa penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (20/6/2024). Dalam setahun terakhir rupiah telah turun 9,33% terhadap USD, ketidakstabilan ekonomi global, kebijakan moneter Amerika Serikat yang ketat, dan ketidakpastian politik domestik menjadi faktor yang menyebabkan rupiah melemah terhadap US$. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/06/2024


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Jumat (12/7/2024) melaporkan bahwa arus modal bruto mengalir deras ke pasar negara berkembang, kecuali China, yagn pada tahun lalu naik menjadi US$ 110 miliar atau 0,6% dari output ekonomi mereka, tingkat tertinggi sejak 2018.

Temuan ini, yang merupakan bagian dari Laporan Sektor Eksternal IMF, menunjukkan adanya ketahanan di antara pasar negara berkembang meskipun suku bunga Ameriak Serikat (AS) yang lebih tinggi secara tajam telah menarik dana ke aset dolar.

IMF menyebutkan bahwa pasar negara berkembang mengalami penurunan dalam arus masuk portofolio bersih yang lebih volatil, tetapi arus masuk bersih investasi langsung asing (FDI) tetap lebih stabil.

Baca Juga: Inflasi AS Stabil, IMF Sebut The Fed Sudah Siap Memangkas Suku Bunga Acuan Tahun Ini

"Hal ini sebagian karena fundamental yang lebih kuat," kata IMF dalam sebuah postingan blog yang menyertai laporan tersebut.

"Banyak negara kini mendapatkan manfaat dari kerangka kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan yang lebih kuat, serta pelaksanaan kebijakan dan alat yang lebih efektif."

Sementara itu, laporan tersebut menyatakan bahwa China mengalami arus modal keluar bersih selama periode 2022-2023, termasuk arus masuk FDI negatif bersih.

"Sebagian dari ini mungkin mencerminkan perusahaan multinasional yang memulangkan keuntungan. Namun, ini juga bisa mencerminkan perubahan ekspektasi tentang pertumbuhan China dan fragmentasi geo-ekonomi," kata IMF.

Secara keseluruhan, arus modal bruto global menurun menjadi 4,4% dari PDB global, atau $4,2 triliun, dalam periode 2022-2023, dari 5,8% dari PDB global, atau $4,5 triliun, pada 2017-2019.

Baca Juga: IMF Sarankan Pemerintahan Prabowo-Gibran Jaga Defisit di Bawah 3%

IMF menyatakan bahwa penurunan ini sebagian mencerminkan pengurangan arus modal, dengan warga asing membeli lebih sedikit aset lokal dan penduduk membeli lebih sedikit aset di luar negeri.

Namun, AS mendapat manfaat besar dari perubahan ini, menyumbang 41% dari arus masuk bruto global selama periode 2022-2023, hampir dua kali lipat dari 23% pada 2017-2019. Pangsa AS dalam arus keluar bruto global juga meningkat, menjadi 21% dari 14% pada periode yang sama.

Ini mungkin mencerminkan fragmentasi keuangan yang meningkat, tetapi juga bisa mencerminkan pembatalan beberapa strategi pajak dan regulasi oleh perusahaan multinasional besar.

Baca Juga: IMF Naikkan Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi China Tahun 2024 dan 2025

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa nilai tukar efektif riil dolar AS dinilai terlalu tinggi relatif terhadap PDB AS dengan median 5,8% pada 2023. Euro dinilai terlalu rendah sebesar 1,7%, yen dinilai terlalu tinggi sebesar 1,7%, dan yuan dinilai terlalu tinggi sebesar 0,7%, menurut laporan tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×