Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KAIRO. Badan Moneter Indonesia (IMF) mengguyur dana segar ke Mesir senilai US$ 12 miliar.
Mesir memang sangat membutuhkan dana tersebut. Pasalnya, perekonomian Mesir terjungkal sejak terjadi Arab Spring di 2011 lalu. Selain itu, guncangan politik dan devaluasi mata uang Mesir menyebabkan para turis asing menjauhi negara tersebut.
Yang lebih buruk lagi, serangan teror dan kecelakaan pesawat membuat industri pariwisata Mesir lumpuh.
Berdasarkan kesepakatan yang dirilis oleh IMF Kamis (11/8), Mesir akan menerima pinjaman darurat selama tiga tahun ke depan. Meski demikian, pinjaman ini harus disetujui secara formal oleh Kementrian Keuangan.
"Mesir merupakan kota yang kuat dengan potensi hebat. Namun, Mesir memiliki sejumlah masalah besar yang harus segera diperbaiki," jelas Chris Jarvis, IMF's mission chief untuk Mesir.
Pada bulan lalu, Moody's mengingatkan bahwa defisit neraca berjalan Mesir sudah menggembung ke level rekor 6,7% di PDB pada kuartal pertama. Itu artinya, negara ini akan sangat tergantung pada dana asing untuk terus berjalan.
Hanya saja, likuiditas mulai menipis. Dan bank sentral sudah menggunakan sebagian cadangan devisanya. Posisi cadev Mesir anjlok ke level US$ 15,5 miliar pada Juli atau turun dari level US$ 37 miliar sebelum revolusi 2011.
"Kesepakatan dengan IMF membuat prospek pertumbuhan jangka pendek Mesir semakin membaik," jelas William Jackson, senior emerging markets economics Capital Economics.
Di luar dari guncangan tersebut, IMF masih memprediksi pertumbuhan ekonomi Mesir akan tumbuh sebesar 3,3% pada tahun ini dan 4,3% pada tahun depan. Pada Juli lalu, tingkat inflasi Mesir mencapai 14%.