Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis (16/10) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia, seraya memperingatkan adanya risiko yang dapat membayangi prospek tersebut akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Menurut Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, aktivitas ekonomi di kawasan Asia-Pasifik masih bertahan lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya pada April lalu, meskipun kawasan ini terkena dampak langsung dari tarif impor Amerika Serikat.
“Asia sekali lagi akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan global — sekitar 60%, baik tahun ini maupun pada 2026,” ujar Srinivasan dalam konferensi pers.
Proyeksi Ekonomi Naik, Tapi Pertumbuhan Sedikit Melambat
IMF kini memperkirakan ekonomi Asia akan tumbuh 4,5% pada 2025, sedikit melambat dari 4,6% pada tahun lalu, namun naik 0,6 poin persentase dibandingkan perkiraan sebelumnya pada April. Pada 2026, pertumbuhan diproyeksikan melambat lebih lanjut menjadi 4,1%.
Baca Juga: IMF Prediksi Ekonomi RI 2025 Membaik, Jangan Telat Masuk Saham Blue Chip Bank Ini
Srinivasan menjelaskan, ekspor kawasan masih mendapat dukungan dari percepatan pengiriman barang sebelum kenaikan tarif, serta lonjakan perdagangan intra-regional. Selain itu, booming teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) turut mendorong kinerja ekspor, terutama dari Korea Selatan dan Jepang.
Pasar Saham dan Dolar Lemah Jadi Penopang Tambahan
Lebih lanjut, Srinivasan menyebutkan bahwa pasar saham yang menguat, biaya pinjaman jangka panjang yang lebih rendah, dan melemahnya dolar AS juga menjadi faktor yang memperkuat perekonomian Asia.
Namun demikian, ia menekankan bahwa risiko terhadap prospek ekonomi masih condong ke arah penurunan (downside risks), karena “debu perang tarif belum sepenuhnya mereda” dan potensi peningkatan tarif masih terbuka.
Risiko Bunga dan Geopolitik Bayangi Prospek Pertumbuhan
Srinivasan menambahkan, suku bunga global berpotensi kembali naik apabila ketidakpastian kebijakan perdagangan atau ketegangan geopolitik meningkat. Kondisi keuangan yang lebih ketat juga dapat memperbesar beban utang di sejumlah negara, yang pada gilirannya berisiko menekan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: IMF: AS dan China Tetap Komit Dukung Upaya Global Atasi Krisis Utang
“Upaya bersama untuk melakukan reformasi dan memperkuat perdagangan serta investasi sangat penting guna mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” kata Srinivasan.
Reformasi Struktural Jadi Kunci Ketahanan Ekonomi
IMF menekankan bahwa negara-negara Asia perlu memperkuat reformasi struktural, meningkatkan integrasi perdagangan regional, serta memperluas akses investasi asing langsung (FDI) untuk memastikan ketahanan ekonomi terhadap guncangan eksternal di masa depan.
Dengan kontribusi sekitar 60% terhadap pertumbuhan global, Asia tetap menjadi mesin utama ekonomi dunia. Namun, ketergantungan kawasan terhadap stabilitas geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional membuat upaya menjaga keseimbangan menjadi semakin krusial.