Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Impor batubara China bisa turun hingga 100 juta metrik ton pada tahun 2025. Ini berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut pada patokan harga batubara yang sudah diperdagangkan pada level terendah dalam beberapa tahun.
Seperti dikutip Reuters, impor oleh konsumen, importir, dan produsen bahan bakar fosil China naik ke rekor tertinggi sebesar 542,7 juta metrik ton pada tahun 2024, karena harga batubara internasional yang lebih rendah mendorong pembeli untuk mengganti impor dengan pasokan domestik.
"Pengiriman batubara dapat turun sebesar 50 juta hingga 100 juta ton pada tahun 2025,'kata Xuegang Li, Wakil Presiden Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China pada konferensi Coaltrans China pada Rabu (11/6).
Baca Juga: Impor Batubara China dari Indonesia Anjlok 20% pada April 2025, Ini Penyebabnya
Impor batubara China telah turun 8% dalam lima bulan hingga akhir Mei, data resmi menunjukkan. Penurunan 100 juta ton tahun ini akan berarti penurunan 18,4% per tahun.
"Penurunan impor batubara Tiongkok pada tahun 2025 akan melebihi ekspektasi," kata Li, tanpa menunjukkan seberapa besar ia memperkirakan impor batubara termal dan batubara metalurgi akan turun.
Batubara termal terutama digunakan dalam pembangkit listrik. Sedangkan batubara metalurgi digunakan dalam proses pembuatan baja.
Arahan pemerintah China baru-baru ini kepada pembangkit listrik tenaga batubara untuk mengurangi impor dan menimbun lebih banyak bahan bakar yang ditambang di dalam negeri. Ini dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada harga batubara.
Indeks batubara Indonesia dan Australia yang mencerminkan mutu yang disukai oleh pembeli China telah mengalami tren penurunan sejak Oktober 2023, dengan mutu Indonesia turun 25% dan mutu Australia 37% pada periode tersebut.
"Produksi batubara dalam negeri China diperkirakan akan meningkat sebesar 70 juta hingga 80 juta ton tahun ini setelah turun pada tahun 2024, yang akan berkontribusi pada persyaratan impor yang lebih rendah," kata Li.
Peningkatan produksi energi terbarukan juga telah membantu China secara progresif mengurangi ketergantungan pada batubara termal, yang merupakan bagian terbesar dari konsumsi batubara di China.
Pangsa batubara dalam pembangkit listrik turun ke rekor terendah sebesar 54% pada bulan April, dengan pangsa tenaga angin dan matahari dalam keseluruhan produksi meningkat menjadi 26%, data dari lembaga riset energi Ember menunjukkan.
"Ke depannya, produksi batubara akan semakin dibatasi oleh batas kapasitas," kata Li. Ia menambahkan total konsumsi batubara China dapat mencapai puncaknya pada tahun 2027 atau 2028.
Baca Juga: Pernah Janji Stop Pembiayaan, China Masih Dukung Proyek PLTU Batubara di Indonesia