Sumber: Nikkei | Editor: Noverius Laoli
Namun jumlah pekerja Indonesia telah meningkat sebesar 47,5% dari tahun sebelumnya, yang merupakan pertumbuhan paling tajam di antara negara-negara besar.
Jepang telah meninjau program ketenagakerjaannya untuk menarik lebih banyak talenta asing, termasuk keputusan baru-baru ini untuk merombak sistem “magang teknis” yang kontroversial. Negara-negara ASEAN, khususnya, menjadi sumber utama tenaga kerja asing bagi Jepang karena kedekatan geografis dan hubungan bilateral yang kuat.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden Vietnam Vo Van Thuong di Tokyo pada akhir November bahwa sumber daya manusia dari negara Asia Tenggara tersebut penting bagi pembangunan sosio-ekonomi Jepang.
Baca Juga: Kabar Baik! Jelang Akhir Tahun, PMI Manufaktur Indonesia Menanjak
Namun, kehidupan di Jepang tidak selalu mulus bagi staf asing, yang seringkali menghadapi masalah dalam beradaptasi dengan tempat kerja mereka, hal yang harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan dan pengusaha jika mereka ingin menarik lebih banyak pekerja.
Pada sebuah forum di Tokyo pada akhir bulan November, warga negara Indonesia Dzaradin Falaq menunjukkan beberapa tantangan yang ia saksikan baik sebagai mantan mahasiswa di Jepang maupun sebagai perekrut di sebuah perusahaan yang memperkenalkan talenta asing ke dalam bisnis Jepang.
“Ada kecenderungan bagi orang Jepang dan orang asing untuk meninggalkan perusahaan mereka karena ketidakpuasan terhadap perusahaan, tempat kerja, atau pekerjaan mereka,” kata Falaq, mengutip hambatan bahasa, kemungkinan peran pekerjaan yang tidak jelas, dan kepatuhan yang kaku terhadap metode tradisional di beberapa perusahaan.
“Banyak perusahaan kecil dan menengah yang masih enggan menerima pekerja asing… dan semakin kecil perusahaan tersebut, semakin mereka berpikiran tradisional,” katanya. “Pekerja asing… dan tempat kerja yang mendorong keberagaman dapat menghasilkan inovasi,” tutupnya.