Sumber: Nikkei | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berencana mengirim 100.000 pekerja ke Jepang selama lima tahun ke depan, membantu Tokyo mengurangi kekurangan tenaga kerja seiring bertambahnya usia populasi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.
Kementerian Tenaga Kerja Indonesia dan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) mengadakan forum sumber daya manusia bersama yang pertama di Jakarta pada tanggal 28 November 2023, yang dihadiri lebih dari 200 orang termasuk pejabat pemerintah Indonesia dan perwakilan dari industri Jepang mulai dari sektor otomotif hingga pariwisata dan tenaga keperawatan.
“Indonesia sedang memasuki periode bonus demografi,” kata Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah pada acara tersebut seperti dikutip dari Nikkei Asia, Sabtu (16/12).
“Tantangan kita adalah bagaimana menyediakan kesempatan kerja bagi banyak orang, terutama mereka yang berusia kerja antara 15 dan 64 tahun, dan mencegah meningkatnya pengangguran,” tambah Ida.
Baca Juga: Kolaborasi Global Humpuss Maritim (HUMI) Bawa Pelaut Indonesia ke Kancah Dunia
Ia menambahkan, Jepang merupakan destinasi yang sangat diminati masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.
Pejabat Kementerian Tenaga Kerja lainnya mengatakan dalam forum tersebut bahwa Indonesia memiliki tujuan untuk mengirim 100.000 pekerja terampil ke Jepang dalam lima tahun ke depan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kemenaker berharap 70.000 pekerja akan melakukan perjalanan menggunakan program visa Pekerja Berketerampilan Khusus Jepang, yang memungkinkan masa tinggal hingga lima tahun. Mereka memperkirakan 30.000 orang lainnya akan bekerja di bawah program yang berbeda.
Kedua negara juga sepakat membangun sebuah platform untuk bertukar informasi terkait ketenagakerjaan antara sektor publik dan swasta, serta menawarkan keterampilan dan pelatihan bahasa Jepang bagi masyarakat Indonesia. Hal ini termasuk merevisi materi pengajaran di sekolah-sekolah Indonesia yang dianggap memiliki potensi besar untuk mengirimkan tenaga kerja ke Jepang.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan telah lama berupaya mengirim pekerja ke negara-negara seperti Timur Tengah, Hong Kong, dan Korea Selatan untuk meningkatkan pendapatan mata uang asing dan mengurangi pengangguran di dalam negeri.
Baca Juga: Merajut Kerjasama Indonesia-Korea Selatan
Pengangguran di kalangan masyarakat Indonesia berusia antara 15 dan 24 tahun mencapai 13% pada tahun 2022 meskipun pertumbuhan ekonomi tahunan stabil sekitar 5%.
Sebaliknya, jumlah penduduk usia kerja di Jepang menurun, sehingga mengancam kekurangan tenaga kerja. Negara ini akan membutuhkan sekitar 6,7 juta pekerja asing pada tahun 2040, sekitar empat kali lebih banyak dibandingkan saat ini, menurut studi JICA.
“Dengan peran aktif sumber daya manusia Indonesia dalam masyarakat Jepang, maka permasalahan sosial di kedua negara dapat teratasi,” kata Kenji Kanasugi, yang merupakan duta besar Jepang.
Takazumi Yamaguchi, direktur pelaksana sebuah operator hotel di prefektur Fukui Jepang, mengatakan perusahaannya, Grandia Housen, menghadapi kekurangan tenaga kerja yang serius yang ia harap dapat diatasi dengan mempekerjakan talenta-talenta Indonesia.
Dia mengatakan staf seperti itu cenderung fleksibel dan dapat melakukan banyak tugas di tempat seperti penginapan ryokan tradisional.
Baca Juga: Bukan China & Rusia, Inilah Negara dengan Militer Terkuat Dunia
Menurut data Kementerian Tenaga Kerja Jepang, negara ini memiliki sekitar 1,82 juta pekerja asing pada Oktober 2022, dimana 77.889 di antaranya adalah warga Indonesia – yang merupakan kelompok terbesar keenam setelah pekerja dari Vietnam, Tiongkok, Filipina, Brasil, dan Nepal.
Namun jumlah pekerja Indonesia telah meningkat sebesar 47,5% dari tahun sebelumnya, yang merupakan pertumbuhan paling tajam di antara negara-negara besar.
Jepang telah meninjau program ketenagakerjaannya untuk menarik lebih banyak talenta asing, termasuk keputusan baru-baru ini untuk merombak sistem “magang teknis” yang kontroversial. Negara-negara ASEAN, khususnya, menjadi sumber utama tenaga kerja asing bagi Jepang karena kedekatan geografis dan hubungan bilateral yang kuat.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden Vietnam Vo Van Thuong di Tokyo pada akhir November bahwa sumber daya manusia dari negara Asia Tenggara tersebut penting bagi pembangunan sosio-ekonomi Jepang.
Baca Juga: Kabar Baik! Jelang Akhir Tahun, PMI Manufaktur Indonesia Menanjak
Namun, kehidupan di Jepang tidak selalu mulus bagi staf asing, yang seringkali menghadapi masalah dalam beradaptasi dengan tempat kerja mereka, hal yang harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan dan pengusaha jika mereka ingin menarik lebih banyak pekerja.
Pada sebuah forum di Tokyo pada akhir bulan November, warga negara Indonesia Dzaradin Falaq menunjukkan beberapa tantangan yang ia saksikan baik sebagai mantan mahasiswa di Jepang maupun sebagai perekrut di sebuah perusahaan yang memperkenalkan talenta asing ke dalam bisnis Jepang.
“Ada kecenderungan bagi orang Jepang dan orang asing untuk meninggalkan perusahaan mereka karena ketidakpuasan terhadap perusahaan, tempat kerja, atau pekerjaan mereka,” kata Falaq, mengutip hambatan bahasa, kemungkinan peran pekerjaan yang tidak jelas, dan kepatuhan yang kaku terhadap metode tradisional di beberapa perusahaan.
“Banyak perusahaan kecil dan menengah yang masih enggan menerima pekerja asing… dan semakin kecil perusahaan tersebut, semakin mereka berpikiran tradisional,” katanya. “Pekerja asing… dan tempat kerja yang mendorong keberagaman dapat menghasilkan inovasi,” tutupnya.