kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   17.000   0,69%
  • USD/IDR 16.736   31,00   0,19%
  • IDX 8.618   -59,15   -0,68%
  • KOMPAS100 1.184   -5,89   -0,50%
  • LQ45 852   -0,86   -0,10%
  • ISSI 307   -3,32   -1,07%
  • IDX30 439   1,78   0,41%
  • IDXHIDIV20 511   4,81   0,95%
  • IDX80 133   -0,51   -0,38%
  • IDXV30 138   -0,59   -0,43%
  • IDXQ30 140   1,06   0,76%

Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan, Efek dari Penutupan Pemerintah


Kamis, 18 Desember 2025 / 23:52 WIB
Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan, Efek dari Penutupan Pemerintah
ILUSTRASI. Wall Street (US Stocks) (REUTERS/Eduardo Munoz)


Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Harga konsumen Amerika Serikat naik lebih rendah dari perkiraan dalam setahun hingga November. Namun, perlambatan inflasi tersebut kemungkinan bersifat teknis, menyusul penutupan pemerintah AS selama 43 hari yang menunda pengumpulan data hingga akhir bulan, bertepatan dengan periode diskon musim liburan oleh peritel.

Penutupan pemerintah juga membuat Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) tidak dapat mempublikasikan perubahan bulanan dalam laporan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) November yang dirilis Kamis. Sebagian besar data harga untuk Oktober tidak berhasil dikumpulkan, sehingga laporan CPI Oktober dibatalkan dan tidak dapat diterbitkan secara retrospektif. Ini merupakan pertama kalinya BLS tidak merilis data CPI bulanan.

Baca Juga: ECB Tahan Suku Bunga, Naikkan Proyeksi Pertumbuhan dan Inflasi

Selain itu, penutupan pemerintah juga mencegah BLS mempublikasikan tingkat pengangguran Oktober, yang menjadi kali pertama sejak data tersebut mulai dicatat pada 1948. Para pembuat kebijakan, investor, pelaku usaha, dan rumah tangga kini harus menunggu data Desember untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.

“Kurangnya detail dan absennya pengumpulan data selama masa penutupan pemerintah menimbulkan tingkat keraguan yang sulit diabaikan,” kata Kepala Riset Ekonomi AS Fitch Ratings, Olu Sonola. “Kami perlu menunggu hingga bulan depan untuk membaca arah inflasi dengan lebih jelas.”

CPI tercatat naik 2,7% secara tahunan pada November, melambat dari kenaikan 3,0% pada periode 12 bulan hingga September. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei Reuters sebesar 3,1%. CPI hanya naik 0,2% dalam dua bulan hingga November. BLS menyatakan tidak dapat memberikan panduan spesifik kepada pengguna data terkait cara menyikapi absennya observasi Oktober.

Kenaikan CPI yang lebih kecil dari perkiraan tersebut diduga disebabkan oleh tertundanya pengumpulan data hingga akhir November, saat peritel mulai menawarkan diskon musim liburan. Para ekonom memperkirakan inflasi akan kembali meningkat pada Desember, yang berpotensi menambah tekanan bagi rumah tangga yang telah menghadapi masalah keterjangkauan, sebagian akibat tarif impor.

Secara rinci, harga daging sapi melonjak 15,8% secara tahunan pada November, sementara harga kopi naik 18,8%. Tarif listrik meningkat 6,9%. Sebaliknya, harga telur turun 13,2%, dan harga bensin hanya naik 0,9%. Harga kendaraan bermotor baru meningkat tipis 0,6% secara tahunan.

Para ekonom menilai penurunan harga dari pencabutan sebagian tarif impor oleh Gedung Putih—termasuk untuk daging sapi, pisang, dan kopi—akan membutuhkan waktu sebelum dirasakan konsumen.

Kebijakan tarif impor luas Presiden Donald Trump telah mendorong kenaikan harga berbagai barang. Namun, dampaknya berlangsung bertahap karena pelaku usaha masih menghabiskan persediaan lama dan menyerap sebagian beban tarif, tercermin dari kenaikan harga kendaraan baru yang relatif kecil.

Kepala Ekonom AS Pantheon Macroeconomics, Samuel Tombs, memperkirakan peritel telah meneruskan sekitar 40% beban tarif hingga September. “Kami memperkirakan proporsi tersebut akan meningkat bertahap menjadi 70% pada Maret dan kemudian stabil,” ujarnya.

Pasar keuangan merespons data ini dengan positif. Saham AS menguat, imbal hasil obligasi pemerintah turun, dan dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang.

Para ekonom menilai beban tarif lebih banyak ditanggung oleh rumah tangga berpendapatan rendah, yang memiliki bantalan tabungan terbatas dan mengalami pertumbuhan upah lebih lambat dibandingkan kelompok pekerja lainnya.

Baca Juga: China Uji Coba Zona Perdagangan Bebas di Hainan untuk Tarik Investasi Asing

Trump, yang memenangkan pemilihan presiden 2024 dengan janji mengendalikan inflasi, dalam beberapa pekan terakhir bergantian meremehkan masalah keterjangkauan, menyalahkan mantan Presiden Joe Biden, serta menjanjikan manfaat kebijakan ekonominya bagi masyarakat AS pada tahun depan.

Di luar komponen pangan dan energi yang bergejolak, CPI inti naik 2,6% secara tahunan pada November, turun dari 3,0% pada September. Inflasi inti hanya naik 0,2% dalam dua bulan hingga November.

Federal Reserve memantau indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) sebagai acuan target inflasi 2%. Namun, laporan indeks harga produsen (PPI) Oktober dibatalkan dan baru akan dirilis pada pertengahan Januari, sementara jadwal rilis data PCE November belum ditetapkan.

Pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%–3,75%, tetapi mengisyaratkan biaya pinjaman tidak akan segera turun lagi sambil menunggu kejelasan arah inflasi dan pasar tenaga kerja. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa “tarif merupakan penyebab utama melampauinya inflasi dari target.”

Dalam laporan terpisah, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat klaim awal tunjangan pengangguran turun 13.000 menjadi 224.000 pada pekan yang berakhir 13 Desember, menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja relatif stabil.

Meski perekrutan tenaga kerja masih lemah, perusahaan juga belum melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Namun, jumlah penerima tunjangan pengangguran lanjutan meningkat 67.000 menjadi 1,897 juta pada pekan yang berakhir 6 Desember, mengindikasikan sebagian pekerja menghadapi periode pengangguran yang lebih panjang.

Para ekonom menilai tarif Trump telah menimbulkan guncangan tak terduga bagi dunia usaha, yang kemudian menahan ekspansi tenaga kerja. Sebuah survei terhadap 548 direktur keuangan perusahaan oleh Federal Reserve Richmond dan Atlanta bersama Duke University menunjukkan bahwa tarif tetap menjadi salah satu kekhawatiran utama pelaku usaha.

Baca Juga: Trump Media dan TAE Technologies Merger, Nilai Transaksi US$ 6 Miliar

Laporan ketenagakerjaan Desember dijadwalkan tetap dirilis pada Januari. Tingkat pengangguran yang tercatat 4,6% pada November tertinggi sejak September 2021 dinilai terdistorsi oleh faktor teknis akibat penutupan pemerintah.

Selanjutnya: Renewal Premi Aswata Diperkirakan Capai Rp 400 Miliar pada Bulan Desember 2025

Menarik Dibaca: Hasil BWF World Tour Finals 2025, Seluruh Wakil Indonesia Keok




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×