kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Ini Alasan Utama Warren Buffett & Bill Gates Lebih Menyukai Saham Makanan Cepat Saji


Selasa, 30 Juli 2024 / 03:15 WIB
Ini Alasan Utama Warren Buffett & Bill Gates Lebih Menyukai Saham Makanan Cepat Saji
ILUSTRASI. Para miliarder telah lama memanfaatkan kecintaan warga Amerika terhadap makanan cepat saji alias junkfood yang mudah didapat. REUTERS/Shannon Stapleton


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Para miliarder telah lama memanfaatkan kecintaan warga Amerika terhadap makanan cepat saji alias junkfood yang mudah didapat. Saham makanan cepat saji tampak menonjol dalam portofolio sejumlah miliarder dunia seperti Warren Buffett dan Bill Gates.

Melansir Fortune, Warren Buffett mencontohkan investor kuliner yang patriotik. Pria berusia 93 tahun ini terkenal menyukai McDonald's dan Coca-Cola. Bahkan dia sering menyajikan produk mereka saat mennggelar rapat. Dia berinvestasi di keduanya melalui Berkshire Hathaway.

Yayasan Bill Gates mengikuti strategi investasi yang sama. Pengajuan Q1 2024 dari Bill and Melinda Gates Foundation menunjukkan kepemilikan saham Coca-Cola senilai US$ 604 juta dan hampir US$ 97 juta di Kraft Heinz, pembuat makaroni dan keju Kraft serta Jell-O.

Namun, saham-saham manis ini tidak berkinerja sejalan dengan pasar lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Pada saat penulisan, S&P500 naik 83% dalam lima tahun terakhir, sementara Coca-Cola dan McDonald's naik 20% dan PepsiCo naik sekitar 30%.

Jadi mengapa portofolio ini bertahan alih-alih berinvestasi di pasar yang lebih luas? 

Baca Juga: Warren Buffett Lebih Pilih 2 Aset Ini Dibanding Bitcoin, Apa Saja?

Menurut Fillipo Falorni, analis utama Citi Research untuk minuman, produk rumah tangga, dan perawatan pribadi AS, jawabannya bukan terletak pada kabar baik tetapi pada kabar buruk.

Falorni menyoroti bahwa pada tahun-tahun seperti krisis keuangan 2008, ketika S&P500 anjlok sekitar 40%, harga saham McDonald's relatif tetap sama. Demikian pula, saat harga saham Coca-Cola turun 25% sementara Nasdaq turun 33%.

"Lima tahun terakhir secara umum memiliki kondisi ekonomi makro yang sangat solid dengan beberapa pengecualian (misalnya periode COVID). Jika Anda melihat kinerja selama Krisis Keuangan Besar, Anda akan melihat bahwa saham-saham kebutuhan pokok konsumen (termasuk Coca-Cola, PepsiCo, dll.) mengungguli S&P 500," urainya.

Dengan mengingat hal ini, mudah untuk berpendapat bahwa tidak mengherankan bahwa para miliarder Amerika akan berinvestasi pada saham-saham yang dapat diandalkan dalam krisis.

Namun fakta tersebut juga menimbulkan pertanyaan mengapa begitu banyak perusahaan yang menawarkan suguhan yang mudah diakses mendominasi Fortune 500.

Baca Juga: 9 Prinsip Investasi yang Mengantarkan Warren Buffett Jadi Miliarder, Bisa Dicontek

Para analis yang diwawancarai Fortune mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan ini diam-diam mendominasi Wall Street bukan suatu kebetulan.

Alasan keberhasilan mereka —dan mengapa saham-saham ini kemungkinan akan terus berkinerja baik— adalah karena mereka memperdagangkan sesuatu yang membedakan mereka dari alternatif saham lain yang ramai di S&P500.




TERBARU

[X]
×