Sumber: New York Times,FT,Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia merosot sekitar 60% sejak pertengahan tahun lalu. Tren penurunan masih berlanjut.
Harga minyak jenis Brent hari ini Jumat (30/1) untuk pengiriman Maret di bursa ICE Futures Europe naik 10 sen menjadi US$ 49,23 per barel di bursa London, pukul 13:21 waktu London. Harga minyak Brent turun 14% sejak awal Januari.
Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret menanjak 30 sen menjadi US$ 44,83 per barel di bursa Nymex, New York. Sepanjang Januari, harga WTI merosot 16%.
Dengan tren penurunan harga minyak, kinerja produsen minyak dunia juga diliputi tantangan. Berikut kinerja beberapa perusahaan migas yang sudah mengumumkan laporan keuangan untuk periode Oktober-Desember 2014.
Perusahaan migas raksasa Exxon Mobil baru akan mengumumkan kinerja pada pekan depan.
- Chevron Corp
Perusahaan energi terbesar kedua di AS dari sisi nilai pasar ini mencatat laba kuartal IV sebesar US$ 3,47 miliar atau US$ 1,85 per saham. Perusahaan mengatakan, ini merupakan laba terendahnya sejak tahun 2009.
Meski melambat, kinerja Chevron lebih baik ketimbang perusahaan minyak lainnya. Chevron yang memiliki bisnis pengolahan minyak menjadi bensin dan solar, diuntungkan dari harga bahan baku minyak mentah yang murah.
Chevron menganggarkan belanja modal tahun ini US$ 35 miliar, 13% lebih rendah ketimbang tahun 2014.
- Royal Dutch Shell
Perusahaan minyak terbesar di Eropa ini mencatat laba bersih merosot 57% menjadi US$ 773 juta, dengan pendapatan US$ 92 miliar.
Di luar one time items dan perubahan inventoris, laba Shell yang bermarkas di Belanda ini naik 12% menjadi US$ 3,3 miliar. Manajemen Shell mengatakan, kemungkinan mempertahankan belanja modal tahun ini seperti tahun lalu, yaitu sekitar US$ 35 miliar.
CEO Shell Ben Vaun Beurden memproyeksikan harga minyak akan berada di sekitar US$ 70 - US$ 90 per barel dalam jangka panjang.
- OAO Gazprom
Perusahaan minyak dan gas milik pemerintah Rusia ini melihat laba bersihnya merosot 62% sepanjang periode kuartal II tahun fiskalnya yang berakhir Desember lalu. Penurunan harga minyak mentah dunia dan rugi kurs, menyebabkan laba bersihnya turun menjadi 106 miliar rubel (US$ 1,5 miliar) dari pencapaian 276 miliar pada setahun sebelumnya.
Gazprom, yang memenuhi 30% kebutuhan minyak dan gas di Eropa, mencatat volume ekspor terendah dalam 11 tahun terakhir di akhir Desember lalu. "Kelanjutan penurunan harga minyak akan mempengaruhi bisnis, kinerja operasi, arus kas, kondisi finansial, dan program permodalan di masa datang" tulis Gazprom.
- ConocoPhillips
Perusahaan minyak dan gas terbesar ketiga di AS ini mencatat rugi di akhir kuartal IV tahun lalu sebesar US$ 39 juta. Setahun sebelumnya, perusahaan masih mencatat laba US$ 2,5 miliar.
Conoco mencatat rugi setelah memutuskan untuk menghapus dana investasi yang pernah dikucurkan (write down) pada terminal impor LNG Freeport. Tanpa hapus piutang di atas kertas ini, Conoco masih menikmati laba US$ 700 juta, turun 59% dari setahun sebelumnya.