Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada Senin (21/10/2024), Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte memperingatkan Pyongyang dan Moskow agar tidak mengirim tentara Korea Utara untuk bertempur di perang Ukraina.
Melansir DPA International, menurut Rutte di media sosial X setelah pembicaraan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, pengerahan tentara Korea Utara untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina akan menandai eskalasi yang signifikan.
Keduanya berbicara melalui telepon tentang hubungan dekat antara Korea Selatan dan aliansi militer Barat. Rutte mencatat kerja sama mereka dalam industri pertahanan dan keamanan yang saling terkait.
Presiden Korea Selatan Yoon menggambarkan kerja sama Korea Utara dengan Rusia sebagai ancaman keamanan yang serius, tidak hanya bagi negaranya tetapi juga bagi masyarakat internasional.
Pada hari Jumat, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) menuduh tentara Korea Utara telah mengirim sekitar 1.500 tentara ke Rusia untuk pelatihan, sebelum menempatkan mereka di Ukraina.
Secara total, badan tersebut mengatakan Korea Utara telah memutuskan untuk mengirim sekitar 12.000 tentara untuk memberikan dukungan bagi Rusia, termasuk unit khusus.
Baca Juga: Intelijen Korsel Buktikan 1.500 Pasukan Khusus Korea Utara Telah Dikirim ke Rusia
Duta Besar Rusia dipanggil ke Seoul
Kantor berita Yonhap melaporkan, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan sebelumnya memanggil duta besar Rusia di Seoul terkait dengan dugaan pengerahan tentara Korea Utara.
Selama pertemuan tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Kim Hong Kyun mengatakan bahwa ia menyatakan kekecewaannya kepada Georgy Zinoviev.
Duta besar tersebut tidak memberikan komentar kepada wartawan yang hadir setelah pertemuan di Kementerian Luar Negeri, kata Yonhap.
Pada hari Jumat, NIS Korea Selatan mengatakan bahwa tentara Korea Utara diangkut dengan kapal-kapal Rusia ke Vladivostok di mana mereka diduga sedang dipersiapkan untuk pengerahan dalam perang tersebut.
NIS juga menuduh bahwa para tentara tersebut akan menerima seragam Rusia dan identitas palsu untuk menyamarkan asal usul mereka yang sebenarnya.
Baca Juga: Pasukan Korea Utara Bantu Putin, Tanda-Tanda Ekonomi Rusia Babak Belur?