kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Ini saham-saham perusahaan AS yang ambruk akibat virus corona


Selasa, 28 Januari 2020 / 11:17 WIB
Ini saham-saham perusahaan AS yang ambruk akibat virus corona
ILUSTRASI. Pusat kota Wuhan yang sepi akibat virus corona


Sumber: Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona terus menyerang berbagai sektor ekonomi, termasuk saham-saham produk konsumen, seperti sektor makanan, minuman, perhotelan dan produk pakaian yang berada di bursa saham Amerika Serikat (AS).

Selasa (28/1), analis Wall Street mengeluarkan peringatan tentang pengecer, restoran dan hotel yang berpotensi mengalami kerugian akibat wabah ini. Sebab, beberapa bisnis mereka terpaksa ditutup setelah jumlah korban tewas di China terus bertambah, hingga menembus 100 orang dengan 4.515 orang positif terinfeksi virus corona.

Disebutkan, saham merek global seperti Estee Lauder dan Nike, di mana porsi pendapatan dari China mencapai 17% dari total pendapatannya menjadi salah satu yang paling terdampak. 

Saham Nike anjlok 1,7% dan Estee Lauder ambruk 4% pada Senin (27/1). investor memilih melepas sahamnya karena kekhawatiran kontaminasi corona yang semakin luas.

Baca Juga: Cetak rekor tertinggi dalam enam tahun, emas spot stabil di US$ 1.581,77 per ons troi  

Industri pakaian lainnya yang memiliki usaha besar di China seperti perusahaan Coach and Kate Spade, Tapestry, Tommy Hilfiger, Calvin Klein, PVH dan Vans juga diproyeksikan akan terdampak. 

Analis Credit Suisse Michael Binetti mengatakan, dampak corona bagi usaha ritel bisa lebih buruk daripada wabah SARS yang berlangsung pada 2002-2003, karena banyak dari brand tersebut yang kini lebih bergantung pada konsumen China. 

"China sekarang memiliki pendapatan yang jauh lebih besar untuk merek global. Tingkat pertumbuhan penjualan ritel di China sempat melambat sekitar setengahnya selama puncak penyebaran virus SARS," katanya. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×