kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.782   14,00   0,09%
  • IDX 7.487   7,98   0,11%
  • KOMPAS100 1.158   3,64   0,32%
  • LQ45 919   5,52   0,60%
  • ISSI 226   -0,86   -0,38%
  • IDX30 474   3,44   0,73%
  • IDXHIDIV20 572   4,20   0,74%
  • IDX80 132   0,66   0,50%
  • IDXV30 140   1,11   0,79%
  • IDXQ30 158   0,84   0,54%

Inilah daftar terbaru asuransi To-Big-to-Fail


Jumat, 19 Juli 2013 / 15:59 WIB
Inilah daftar terbaru asuransi To-Big-to-Fail
ILUSTRASI. Ilustrasi cara memutihkan ketiak hitam.


Sumber: Bloomberg | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Financial Stability Board (FSB), regular finansial bersama yang dibentuk oleh negara-negara kelompok G-20, merilis daftar terbaru berisi perusahaan-perusahaan asuransi global yang memiliki risiko sistemik Kamis (18/7). Kali ini, regulator yang berbasis di Basel, Swiss, itu memasukkan sembilan asuransi ke dalam kelompok yang sering disebut To-Big-to-Fail atau disingkat TBTF itu.

Allianz SE (ALV), perusahaan asuransi asal Jerman, adalah salah satu nama baru yang masuk ke dalam daftar itu. Selain Allianz, trio raksasa asuransi Amerika Serikat (AS), American International Group Inc. (AIG), MetLife Inc. (MET), dan Prudential Financial Inc. (PRU) juga masuk daftar. Axa SA asal Prancis dan Assicurazioni Generali SpA yang berbasis di Italia juga masuk ke dalam kelompok asuransi TBTF itu. Dari Inggris, ada  Prudential Plc (PRU) dan Aviva Plc. Sementara, Asia diwakili oleh Ping An Insurance Group Co. yang berbasis di China.

Menurut International Association of Insurance Supervisors (IAIS) yang juga bermitra erat dengan FSB, ada beberapa kriteria yang digunakah untuk menentukan perusahaan-perusahaan asuransi yang masuk daftar keramat FSB itu. Kriteria yang paling utama adalah ukuran bisnis, aktivitas di pasar global, serta jumlah maupun ukuran bisnis non-asuransi yang mereka miliki. Jika semua kriteria itu terpenuhi, si asuransi masuk kategori To-Big-to-Fail.

Alih-alih bikin bangga, jika masuk daftar keramat FSB ini, para pengurus perusahaan asuransi justru bakal tambah repot. Pasalnya, lazimnya, IAIS akan menerapkan aturan yang lebih ketat bagi mereka. IAIS sendiri telah menyatakan bahwa mereka akan menetapkan aturan pencadangan yang lebih ketat bagi asuransi yang masuk kategori TBTF. AIG Cs juga harus memiliki rencana pemulihan (recovery plan) yang rinci jika suatu saat bisnis mereka mengempis dengan cepat. FSB memperkirakan, aturan khusus untuk para rakasasa asuransi itu akan mulai dibuat 2015 dan kemudian diterapkan tahun 2019.

"Ini merupakan langkah penting untuk mengatasi risiko sistemik yang berkaitan dengan institusi-institusi finansial penting. Kerangka pengawasan dan aturan modal yang tepat bagi industri asuransi sangat penting bagi upaya menjaga stabilitas finansial," ujar Mark Carney, Gubenur Bank of England (bank sentral Inggris), seperti dikutip Bloomberg, Jumat (19/7). Saat ini, Carney juga menjadi bos FSB.

Kasus kejatuhan AIG, memang, menjadi pelajaran berharga bagi regulator finansial global. Pada tahun 2008, pemerintah AS terpaksa mengucurkan dana talangan sebesar US$ 182,3 miliar ke asuransi ini agar tak bangkrut dan semakin mengacaukan industri finansial global. Krisis kredit perumahan kelas dua (subprime) dan pertaruhan AIG di surat berharga berisiko tinggi yang terkait kredit subprime tersebut menjadi pemicunya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×