Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Kota Tokyo, kini tak lagi menjadi kota termahal di dunia bagi pekerja asing. Berdasarkan hasil survei ECA's Cost Living, posisi Tokyo saat ini diambil alih oleh ibukota Venezuela, yakni Caracas.
Ini merupakan kali pertama Caracas menduduki posisi teratas kota termahal dunia, naik dari posisi tujuh pada tahun lalu. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa yang sering digunakan oleh ekspatriat di kota tersebut sebesar 60%.
Memang, belakangan, Venezuela mengalami lonjakan tingkat inflasi tertinggi di dunia akibat kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Sebut saja kebijakan untuk mengontrol harga yang menyebabkan tidak adanya insentif bagi produsen lokal sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan barang. Selain itu, pemerintah Venezuela juga memperketat kontrol nilai tukar mata uang asing. Pemerintah membatasi akses warga terhadap dollar yang kemudian berdampak pada lonjakan harga barang-barang impor.
Posisi kedua kota termahal dunia diduduki oleh Luanda, ibukota Angola. Tingginya harga barang dan jasa di kota ini dipicu oleh tingginya pajak dan aksi monopoli yang dilakukan sejumlah elit politik terhadap sektor-sektor tertentu.
Sementara, Oslo di Norwegia berada di posisi tiga. Sedangkan Juba di Sudan Selatan berada di posisi empat. Di posisi lima terdapat kota Stavanger di Normegia. Lalu, sejumlah kota di Swiss seperti Zurich, Jenewa, Bern dan Basel berada di posisi enam hingga sembilan.
Bagaimana dengan Tokyo? Saat ini, Tokyo berada di posisi 10. Meski demikian, kota ini masi merupakan kota termahal bagi ekspatriat di kawasan Asia.
Survei ini membandingkan harga sejumlah barang dan jasa yang sering dibeli oleh para pekerja asing di 440 negara dunia. Termasuk di dalamnya pakaian, makanan, minuman, dan rokok.
Peringkat ini tidak meliputi akomodasi, biaya sekolah, dan pembelian mobil.