Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TEXAS. Seorang pria mengenakan pakaian serba hitam dan bersenjata senapan otomatis menembakkan senjatanya di dalam sebuah gereja komunitas kecil Texas Selatan pada Minggu (5/11). Dalam insiden tersebut, 26 orang tewas dan 20 lainnya terluka. Gubernur Texas menyebut kejadian ini sebagai peristiwa penembakan paling mematikan dalam sejarah negara bagian AS itu.
Pihak berwenang tidak memberikan secara detil mengenai siapa penyerang dalam aksi tersebut saat melakukan konferensi pers pada Minggu malam. Namun, seorang pejabat pemerintah AS dan seorang penegak hukum membisikkan, sang penembak adalah Devin Kelley.
Menurut pejabat pemerintah AS, Kelley tinggal di wilayah pedesaan San Antonio dan sepertinya tidak terkait dengan kelompok teroris manapun. Dia juga bilang, investigator saat ini tengah mencari postingan media sosial Kelley dalam beberapa terakhir sebelum akhirnya melakukan serangan.
Dalam sebuah konferensi pers, Freeman Martin, direktur regional Departemen Keamanan Masyarakat Texas, mengatakan sang penyerang mengenakan pakaian serba hitam, memakai perlengkapan taktis, dan rompi anti peluru. Dia tiba di gereja First Baptist pada pukul 11.20 a.m.
Kemudian, dia menyebrangi jalanan dan mulai menembakkan senjata laras panjang Ruger AR ke arah gereja dan terus masuk ke dalam gereja. Saat dia hendak meninggalkan gereja, dia dihadang oleh penduduk bersenjata dan berupaya mengejarnya. Tak berapa lama kemudian, tersangka penembakan ditemukan tewas dalam kendaraan miliknya di pinggiran kota. Ditemukan sejumlah senjata di dalam mobil.
Martin mengatakan, belum jelas apakah sang penyerang melukai diri sendiri atau ditembak oleh penduduk yang mengejarnya. Saat ini, lanjutnya, pihak penyidik belum siap mendiskusikan motif di balik serangan tersebut.
Menurutnya, korban tewas berusia dengan kisaran 5 hingga 72 tahun. Di antara korban yang tewas adalah seorang putri berusia 14 tahun yang merupakan anak dari pasangan pastor gereja yakni Frank Pomeroy, dan istrinya, Sherri. Sherri Pomeroy menulis dalam sebuah pesan pendek kepada AP bahwa dia dan suaminya tengah berada di dua negara bagian yang berbeda saat serangan terjadi.
"Kami kehilangan putri kami yang baru berusia 14 tahun hari ini dan banyak teman. Belum ada dari kami yang berhasil tiba di lokasi kejadian. Saya berada di bandara Charlotte berupaya untuk pulang secepat mungkin," jelas Sherri Pomeroy.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam keras aksi penembakan di Gereja First Baptist Texas. Trump mengatakan hal itu di sela-sela memberikan pidato di depan pebisnis Jepang saat kunjungan kerja Senin (6/11).
Trump menyatakan, tindakan yang dilakukan Davin Patrick Kelley adalah tindakan yang dilakukan iblis. "Hati saya sangatlah hancur. Sebab, penembakan itu terjadi saat ibadah," kata Trump seperti dikutip kantor berita AFP.
Trump menyerukan kepada masyarakat AS agar bersatu dan mengutuk aksi yang menewaskan 26 orang, dan melukai sekitar 20 jemaat lainnya.