Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Mengutip hasil temuan intelijen, seorang pejabat AS mengatakan bahwa militer Rusia saat ini mulai kekurangan tenaga kerja di tengah perangnya di Ukraina.
Untuk mengatasi kekurangan personel, militer Rusia dikabarkan berusaha merekrut anggota layanan kontrak hingga narapidana.
"Militer Rusia menderita kekurangan tenaga kerja yang parah di Ukraina," kata seorang pejabat AS yang berbicara secara anonim kepada Reuters (31/8).
Di lain pihak, Rusia sendiri belum mengungkapkan kerugian apa pun dalam konflik itu sejak minggu-minggu pertama. Namun, para pejabat negara-negara Barat dan Ukraina yakin jumlah korban yang diderita mencapai ribuan.
Laporan terbaru intelijen AS menyebut saat ini Rusia juga sedang berusaha memperoleh personel dari perusahaan keamanan swasta dan membayar bonus tambahan untuk warganya yang mau mengikuti wajib militer.
Baca Juga: Perang Ukraina Masuki Bulan ke-7, Putin Tambah Personel Militer Rusia Jadi 2,04 Juta
Intelijen AS juga menemukan tanda-tanda Rusia mulai memaksa tentara yang terluka untuk masuk kembali ke pertempuran.
Perekrutan narapidana dengan jaminan pengampunan juga menjadi salah satu opsi pemerintah Rusia untuk mengatasi krisis tenaga kerja yang ada di medan perang.
"Secara terpisah, kami memiliki laporan yang kredibel bahwa Kementerian Pertahanan Rusia juga kemungkinan akan mulai merekrut penjahat yang dihukum di Ukraina dengan imbalan pengampunan dan kompensasi finansial," ungkap pejabat AS.
Hari Kamis (25/8) pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menandatangani dekrit untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata Rusia dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2023.