kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Intelijen AS: Untuk Saat Ini Rusia Tidak Mungkin Menggunakan Senjata Nuklir


Jumat, 05 Mei 2023 / 14:01 WIB
Intelijen AS: Untuk Saat Ini Rusia Tidak Mungkin Menggunakan Senjata Nuklir
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu menghadiri forum teknis militer internasional Army-2022 di Patriot Congress and Exhibition Center di wilayah Moskow, Rusia 15 Agustus 2022. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Meski sempat khawatir, kini intelijen AS meyakini bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam operasi militernya di Ukraina. Keyakinan ini disampaikan oleh Direktur Intelijen Negara (DNI) AS, Avril Haines.

Berbicara kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada hari Kamis (4/5), Haines yakin Rusia sangat tidak mungkin menggunakan senjata berbahaya tersebut.

"Sangat tidak mungkin, itu adalah penilaian kami saat ini," kata Haines, seperti dikutip Reuters.

DNI merupakan pejabat tingkat kabinet di AS yang menjabat sebagai kepala eksekutif Komunitas Intelijen Amerika Serikat (IC) dan untuk mengarahkan dan mengawasi Program Intelijen Negara (NIP).

Dalam laporan hari Kamis, sayangnya Haines tidak merinci penilaian IC kepada Senat.

Baca Juga: Kompak Hadapi Korut, AS dan Korsel akan Berbagi Ilmu Soal Nuklir

Ketegangan nuklir antara Rusia dan AS telah meningkat sejak dimulainya konflik dengan Ukraina. Situasi semakin tegang setelah Putin berulang kali memperingatkan bahwa Rusia siap menggunakan persenjataan nuklirnya jika memang diperlukan demi mempertahankan integritas teritorialnya.

Pada bulan Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian New START, pakta senjata nuklir terakhir yang tersisa dengan AS. 

New START pada dasarnya menyusun panduan yang membatasi jumlah hulu ledak strategis yang dapat digunakan masing-masing pihak.

Pemerintah AS selama berbulan-bulan sejak pernyataan Putin mengatakan mereka belum melihat tanda-tanda Rusia bersiap untuk menggunakan senjata nuklir. Namun, mereka menegaskan bahwa pihaknya tetap waspada.

Baca Juga: Insiden Serangan Drone di Kremlin Beri Putin Alasan Intensifkan Perang di Ukraina

Bulan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman secara terbuka mengatakan Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya perlu tetap waspada terhadap tanda-tanda Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis ketika eskalasi konflik Ukraina meningkat.

Sherman menyoroti pengumuman Putin pada 25 Maret bahwa Rusia sedang bersiap untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia.

Meskipun begitu, Rusia lagi-lagi mengaburkan kekhawatiran AS. Pekan lalu, Kremlin mengatakan pihaknya mengatakan semua negara nuklir mematuhi moratorium pengujian senjata nuklir. Pernyataan tersebut mengecilkan gagasan bahwa Rusia mungkin bersiap untuk melakukan uji coba senjata nuklir.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×