kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Internet melambat usai serangan cyber terbesar


Jumat, 29 Maret 2013 / 09:45 WIB
Internet melambat usai serangan cyber terbesar
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo saat berbicara di sesi KTT G20 Roma, di Italia, Minggu (31/10/2021). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

LONDON. Ahli keamanan komputer diseluruh dunia mengakui adanya perlambatan akses internet karena adanya serangan cyber terbesar dalam sejarah internet.

Pertikaian antara kelompok anti spam dan perusahaan penyelenggara internet telah memicu serangan balas dendam yang mempengaruhi internet global seacara lebih luas.

Serangan ini berdampak pada layanan populer seperti Netflix. Para ahli mengkhawatirkan, kondisi ini bisa meningkat dengan mempengaruhi sistem perbankan dalam jaringan dan surat elektronik.

Spamhaus, sebuah kelompok nirlaba basis London dan Jenewa yang bertujuan untuk membantu penyedia surat elektronik menyaring spam berupa surat sampah dan konten yang tidak diinginkan mengaku telah memblokir server yang dikelola Cyberbunker, sebuah penyelengara internet asal Belanda.

Cyberbunker mengklaim, pihaknya merupakan perusahaan penyelenggara internet segala rupa kecuali pornografi anak atau terkait terorisme.

Sven Olaf Kamphuis, yang mengaku sebagai juru bicara Cyberbunker dalam sebuah pesan mengatakan, bahwa Spamhaus menyalahgunakan posisinya, dan semestinya tidak diizinkan untuk memutuskan ''apa yang boleh dan tidak boleh di internet''.

Serangan kuat

Spamhaus sendiri memblokir dengan alasan Cyberbunker, bekerjasama dengan ''geng kriminal'' dari Eropa Timur dan Rusia, sebagai pihak di belakang serangan cyber.

Steve Linford, kepala eksekutif Spamhaus, kepada BBC mengatakan skala serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Kami dalam serangan cyber selama lebih dari seminggu,'' katanya.

"Tetapi mereka tidak bisa meruntuhkan kami. Teknisi kami melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk menangkal serangan,' jelasnya.  Linford menambahkan, pasukan polisi internet dari lima negara kini tengah menyelidiki serangan cyber ini.

Para penyerang ini menurut Linford menggunakan taktik yang dikenal dengan Distributed Denial of Service (DDoS), yang membanjiri target serangan dengan lalu lintas besar sebagai upaya untuk membuatnya jadi tidak terjangkau.

Linford mengatakan kekuatan serangan cukup kuat untuk menghentikan infrastruktur internet pemerintah. "Jika ditujukan ke Downing Street (kantor pemerintahan Inggris) maka mereka akan dengan cepat mati,'' katanya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×