Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Investasi para pebisnis di Jepang naik pada Januari-Maret, melanjutkan laju pertumbuhan yang terlihat selama dua tahun terakhir meski tanda-tanda perlambatan ekonomi meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan aktivitas bisnis di tengah meningkatnya risiko ekonomi global.
Mengutip Reuters, data Departemen Keuangan (MOF) yang dirilis Senin (3/6) menyebutkan belanja modal tumbuh 6,1% pada Januari-Maret 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu, yang ditopang oleh kenaikan pada sektor bahan kimia, mesin produksi dan penyewaan barang.
Tapa menghitung perangkat lunak, belanja modal pada Januari-Maret naik 1,1% dibanding kuartal sebelumnya, dan naik untuk dua kuartal berturut-turut. Tetapi, kenaikan ini lebih lambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,9%.
Beberapa ekonom mengatakan, dengan melihat data ini mereka menyarankan revisi ke bawah untuk pertumbuhan PDB kuartal I.
Perkiraan awal bulan lalu menunjukkan ekonomi Jepang akan tumbuh 2,1% di kuartal I karena impor turun lebih cepat dari ekspor, sementara belanja pebisnis dan rumah tangga tergelincir yang menandakan permintaan domestik yang lemah.
"Persediaan dan pekerjaan umum kemungkinan akan direvisi turun, sementara belanja modal sebagian besar tidak akan berubah," ujar Toru Suehiro, ekonom pasar senior di Mizuho securities.
"Revisi GDP akan mengkonfirmasi penurunan konsumsi swasta dan belanja modal-sebagai alat pengukur utama permintaan domestik menandai risiko Jepang jatuh ke dalam resesi."
Revisi angka PDB ke bawah dapat memicu spekulasi bahwa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dapat menunda kenaikan pajak penjualan yang sudah dua kali dijadwalkan untuk Oktober, meski perdana menteri telah berulang kali berjanji untuk terus maju, kecuali ada guncangan ekonomi yang besar.
Belanja modal telah menjadi titik terang dalam ekonomi Jepang, karena perusahaan memperbarui peralatan lama dan meningkatkan investasi dalam otomatisasi dan teknologi hemat tenaga kerja untuuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di tengah minimnya usia produktif.
Namun investigasi bisnis baru-baru ini menunjukkan beberapa tanda perlambatan karena perang dagang AS-China yang semakin intensif dan permintaan eksternal yang melambat menghantam rantai perdagangan dan pasokan global, mencederai ekonomi Jepang yang tergantung pada ekspor.
Ekonom memperkirakan pertumbuhan Jepang yang melambat pada kuartal ini mencerminkan peprmintaan yang lemah baik di dalam maupun di luar negeri.