Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BAGHDAD. Pemerintah Irak saat ini sedang membentuk sebuah komite untuk mempersiapkan penutupan misi koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) di negara tersebut, demikian diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani pada hari Jumat.
Pernyataan Sudani muncul sehari setelah serangan AS menewaskan seorang pemimpin milisi di Baghdad, yang memicu kemarahan di kalangan kelompok yang bersekutu dengan Iran dan menuntut agar pemerintah mengakhiri kehadiran koalisi di Irak.
“Pemerintah sedang menetapkan tanggal dimulainya komite bilateral untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen,” demikian pernyataan dari kantor perdana menteri.
Baca Juga: Irak Bersiap Menutup Misi Koalisi Internasional Pimpinan AS
Komite tersebut akan melibatkan perwakilan dari koalisi militer, seperti yang diungkapkan oleh seorang pejabat pemerintah.
Militer AS melancarkan serangan pada hari Kamis sebagai balasan atas serangan baru-baru ini terhadap personel AS, menurut pernyataan Pentagon.
Amerika Serikat memiliki 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak dalam misi yang dikatakan bertujuan untuk memberi nasihat dan membantu pasukan lokal dalam upaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah kedua negara tersebut sebelum akhirnya dikalahkan.
Kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran di Irak dan Suriah menentang kampanye Israel di Jalur Gaza dan menganggap AS ikut bertanggung jawab.
Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Berharap Ada Koalisi Internasional untuk Lawan Hamas
Sudani memiliki kendali terbatas atas beberapa faksi yang didukung oleh Iran, yang dukungannya diperlukan untuk memenangkan kekuasaan setahun yang lalu dan kini membentuk blok kuat dalam koalisi pemerintahannya.
“Kami menekankan posisi tegas kami dalam mengakhiri keberadaan koalisi internasional setelah pembenaran keberadaannya berakhir,” kata Sudani seperti yang dikutip dalam pernyataan itu.
ISIS mengaku bertanggung jawab pada hari Kamis atas dua ledakan di Iran yang menewaskan hampir 100 orang dan melukai banyak orang dalam peringatan komandan tertinggi Qassem Soleimani.