Reporter: Tedy Gumilar |
NUSAJAYA/MALAYSIA. Kawasan ekonomi unggulan yang dikembangkan Malaysia, yakni Iskandar Malaysia berhasil menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Total komitmen investasi sejak 2006 hingga Maret 2013 mencapai sebanyak RM 111,37 miliar.
Nah, hingga Maret 2013 sebanyak 64% tercatat sebagai modal asing. Jumlahnya terus meningkat saban tahun. Pada tahun 2009, komposisi investor asing hanya 54%.
"Investasi asing yang masuk ke Iskandar paling banyak dari Singapura," kata Izhar Hifnei Ismail, Special Officer to the Chief Executive Acting Head of Strategic Communications, Iskandar Regional Development Authority (IRDA).
Minat yang tinggi muncul lantaran Singapura dengan Iskandar Malaysia yang berada di Johor Baru berjarak tempuh relatif singkat. Dari Changi Airport ke Nusajaya, salah satu flagship zone Iskandar Malaysia, bisa dicapai dalam 50 menit perjalanan.
Sejak awal pemerintah Malaysia juga berkomitmen memberikan pelayanan maksimal kepada investor seperti kemudahan dalam proses perizinan. IRDA, kata Izhar, memiliki akses langsung ke pemangku kebijakan sehingga proyek bisa berjalan lebih cepat.
Selain itu, kawasan ekonomi khusus ini juga dibangun secara terintegrasi, misalnya di Nusajaya yang dikembangkan oleh UEM Land Holdings Berhad. Flagship zone yang melingkupi lahan seluas 24.000 acre ini, mengintegrasikan berbagai klaster, yaitu klaster perindustrian dan logistik yang disebut Southern Industrial and Logistics Clusters (SiLC) seluas 1.300 acre.
Selain perusahaan lokal, berbagai perusahaan asing juga mendirikan pabrik di sini, misalnya EIK, perusahaan yang mendesain dan memfabrikasi alat berat seperti eskavator amphibi.
"Jarak ke pelabuhan hanya 30 menit dan memudahkan kami untuk mengekspor produk," kata Tang Chee Lang, Operation Director EIK Engineering Sdn. Bhd.
Lantas ada Afiat Healthpark yang sudah diisi oleh Columbia Asia Hospital. Fasilitas hiburan dan wisata seperti Legoland dan Puteri Harbour Theme Park. Fasilitas pendidikan bertaraf internasional yang disebut Educity juga tersedia dan sudah beroperasi, misalnya Marlborough College dan University of Southampton.
Sebagai kawasan hunian, terdapat Nusajaya Residence. "Tahun 2006 menjual rumah di Nusajaya susah sekali, karena masih sepi," kata Dato' Wan Abdullah Wan Ibrahim, CEO/ MD UEM Land Holdings Berhad. Tapi begitu berbagai fasilitas tersebut muncul, minat pun berdatangan. Kini sekitar 70% pembeli residensial di Nusajaya berstatus warga negara asing, dan 3% diantaranya warga Indonesia.