Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SDEROT, ISRAEL. Israel mengadakan pemilihan lokal di bawah bayang-bayang perang pada Selasa (27 Februari), dengan puluhan ribu pemilih yang telah dievakuasi dari daerah dekat Gaza dan perbatasan utara dengan Lebanon terpaksa menunggu hingga akhir tahun untuk memilih.
Meskipun 242 kota akan melakukan pemungutan suara pada hari Selasa, keputusan untuk menunda pemungutan suara di 11 distrik di daerah yang terkena dampak adalah contoh nyata dampak salah satu bencana keamanan terbesar dalam 75 tahun sejarah Israel terhadap Israel.
Kehidupan di kota-kota besar seperti Tel Aviv telah kembali mendekati normal sejak serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober, namun perang yang berlangsung hampir lima bulan di Gaza dan baku tembak roket yang hampir setiap hari di wilayah utara membuat warga meninggalkan perbatasan.
Baca Juga: Israel akan Tetap Menyerang Hizbullah Meski Gencatan Senjata di Gaza Tercapai
“Mungkin ini adalah keputusan yang cerdas untuk menunda pemilu sampai nanti ketika rasa takut masyarakat untuk kembali ke rumah sudah berkurang,” kata Yaara Maimon, 24 tahun, di Sderot, sebuah kota di selatan di tepi Gaza di mana puluhan orang terbunuh dalam serangan tersebut.
“Jika Anda berjalan di sekitar kota, Anda masih melihat tempat-tempat yang rusak dan serangan rudal dan hal-hal seperti itu, jadi mungkin orang-orang takut untuk kembali lagi,” terangnya.
Di utara, di mana kota-kota dan kibbutzim di sepanjang perbatasan juga sebagian besar kosong, tentara Israel mengatakan pihaknya menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon selatan pada hari Selasa, setelah sekitar 35 roket diluncurkan dari Lebanon menuju daerah Gunung Meron.
Pemungutan suara telah ditunda melewati tanggal yang semula dijadwalkan yaitu 31 Oktober dan kemudian ditunda lagi pada bulan Januari karena adanya pertempuran. Namun karena perang akan memasuki bulan keenam pada minggu depan, pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan perang.