Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
MOSCOW. Bank sentral Rusia menghabiskan cadangan devisanya hingga US$ 980 juta pada 3 Oktober lalu untuk menahan penurunan mata uangnya. Ini merupakan intervensi terbesar yang dilakukan bank sentral Rusia untuk membendung penurunan rubel sejak serangan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada Maret lalu.
Dalam pernyataannya resminya kemarin, otoritas moneter Rusia menggeser batas atas perdagangan rubel dari kisaran 10 kopek menjadi 44,60 kopek (Satu rubel sama dengan 100 kopek).
Sinyal tersebut setidaknya membuat Rusia menghabiskan dana US$ 700 juta. Karena menurut pedoman resmi, menjual US$ 350 juta sebelum bisa beralih batas atas menjadi 5 kopek.
"Ini tidak berarti mengesampingkan pelemahan lebih lanjut," kata Vladimir Osakovskiy, ekonom Bank of America Corp yang berbasis di Moskow dalam pernyataannya melalui e-mail kepada Bloomberg.
"Koridor perdagangan akan disesuaikan sesuai dengan potensi intervensi kedepannya," tambahnya.
Aksi intervensi ini merupakan harga yang harus dibayar oleh Putin untuk keputusannya melakukan agresi militer. Paska keputusan Putin tersebut, Amerika Serikat dan Uni Eropa memberikan sanksi ekonomi dengan menginstruksikan investor menarik uang ke luar negeri.
Sebelum melakukan intervensi pada pekan lalu, Rusia juga telah menghabiskan cadangan devisa sebesar US$ 40 miliar di pasar mata uang, sejak awal tahun hingga Mei. Nilai mata uang Rubel pun telah turun 14% terhadap dolar dalam tiga bulan terakhir.