Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MANILA. Jumlah korban tewas akibat badai tropis Washi di Filipina terus bertambah. Berdasarkan data yang dirilis Palang Merah Dunia, badai ini sudah menewaskan setidaknya 652 orang. Dengan ratusan orang yang belum dihitung jumlahnya, jumlah mereka yang tewas diprediksi akan terus bertambah.
Washi menyerang Kepulauan Mindanao selatan dan menyebabkan sungai-sungai meluap di sejumlah kota pada dini hari pada 17 Desember di mana masih banyak yang terlelap. Menurut Benito Ramos, administrator of the Office of Civil Defense, badai ini membawa 181 milimeter hujan per jam dibandingkan dengan 25 milimeter per jam di kawasan tersebut.
Jika dilihat sejarahnya, kawasan Filipina memang rutin dihantam badai yang datang dari Samudra Pasifik. Pada September 2009, Badai Ketsana menyebabkan banjir di Manila dan sebagian daerah Luzon yang menyebabkan 400 orang tewas. Tak lama setelah itu, terjadi Badai Parma yang menyebabkan 929 orang tewas. Total kerusakan rumah, infrastruktur dan lahan pertanian diprediksi mencapai 38 miliar peso atau US$ 867 juta.
Pada kejadian kemarin, pemerintah lokal tidak melakukan evakuasi meskipun sudah diperingatkan akan banjir dan tanah longsor pada 16 Desember. "Sepertinya kita tidak belajar dari kejadian musibah alam ini," jelas Richard Gordon, chairman Palang Merah Filipina.
Sementara itu, National Disaster Risk Reduction and Management Council Filipina menghitung, pada pukul 08.00 waktu setempat, jumlah korban yang tewas mencapai 334 jiwa dengan 281 orang masih dinyatakan hilang. Selain itu, lebih dari 46.000 orang sudah dievakuasi.
"Jumlah korban tewas bertambah sangat cepat. Pasalnya, ini merupakan kombinasi antara hujan lebat dan meluapnya sungai. Lebih dari 808 orang dinyatakan hilang," jelas red Cross Secretary General Gwen Pang.