Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Angka total infeksi virus corona jenis baru SARS-CoV-2 diperkirakan jauh lebih banyak dari data yang tercatat resmi oleh pejabat kesehatan sedunia. Demikian hasil riset terbaru dua peneliti dari Jerman.
Christian Bommer dan Sebastian Vollmer dari Universitas Göttingen University di Jerman menganalisa data dari hasil penelitian paling anyar yang dipublikasikan dalam jurnal bulanan The Lancet Infectious Diseases. Kedua peneliti melihat perkiraan tingkat kematian Covid-19 dan jangka waktu antara laporan pertama terinfeksi hingga saat kematian, untuk asesmen kualitas laporan kasus resmi.
“Data menunjukkan, negara-negara di dunia hanya menemukan sekitar 6% dari seluruh kasus infeksi virus corona“, papar kedua peneliti Jerman itu. Ilmuwan dari Universitas Göttingen itu mengklaim, jumlah sebenarnya dari orang yang terinfeksi virus corona sedunia, mungkin sudah mencapai puluhan juta.
Pembuat kebijakan harus ekstra waspada
"Hasil ini menunjukkan, pemerintah dan pembuat kebijakan perlu ekstra waspada jika menafsirkan jumlah kasus untuk tujuan perencanaan“, kata Vollmer, profesor ekonomi pembangunan di Universitas Göttingen. “Perbedaan ekstrim dalam jumlah dan kualitas tes yang dilakukan di berbagai negara, menunjukkan bahwa catatan kasus resmi kebanyakan tidak informatif dan tidak menyajikan informasi yang membantu“, ujar guru besar itu memperingatkan.
Bommer dan Vollmer memperkirakan, pada 31 Maret 2020 Jerman harusnya sudah mencatat 460.000 kasus infeksi SARS-CoV-2. Berbasis metode yang sama, kedua peneliti mengkalkulasi AS sudah memiliki 10 juta kasus, Spanyol lebih dari 5 juta kasus, Italia sekitar 3 juta dan Inggris dengan 2 juta kasus infeksi virus corona.
Hanya tinggal masalah waktu
Johns Hopkins University pada 31 Maret melaporkan, sekitar 900.000 orang di seluruh dunia didiagnosa dan dikonfirmasi resmi terinfeksi. “Sementara data Johns Hopkins melaporkan kurang dari satu juta kasus global yang dikonfirmasi resmi, kami memprediksi kasus infeksi sudah menembus hampir 10 juta“, tulis penelitian itu.
“Tes virus corona yang tidak akurat dan terlambat, diduga merupakan penyebab mengapa sejumlah negara Eropa, seperti Italia dan Spanyol mengalami tingginya angka kematian pasien, dibanding dengan laporan resmi kasus fatalitas dari Jerman“, ujar kedua peneliti.
Jerman diperkirakan sudah mengidentifikasi sekitar 15.6% dari seluruh kasus. Bandingkan dengan Italia yang hanya 3.5% atau Spanyol yang mendeteksi 1.7%. Tingkat deteksi kasus yang lebih rendah diperkirakan di AS (1.6%) dan Inggris (1.2%).
Kedua peneliti Jerman itu memperingatkan: “Jika negara-negara gagal meningkatkan kemampuan deteksi infeksi baru, mengisolasi pasien dan melacak kontak langsung, virus akan tetap tidak terdeteksi hingga periode yang lebih panjang. Pecahnya wabah baru hanyalah masalah waktu“, ujar kedua pakar dari Jerman itu memperingatkan.