Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China melaporkan rekor jumlah infeksi COVID-19 pada Kamis (24/11/2022).
Melansir Reuters, tercatat ada 31.444 kasus COVID-19 lokal baru pada hari Rabu. Ini memecahkan rekor tertinggi sebelumnya yang terjadi pada 13 April 2022.
Situasi di China tampak sepi. Pasalnya, kota-kota di China di seluruh negeri memberlakukan penguncian lokal, pengujian massal, dan pembatasan lain yang menggelapkan prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Jalan-jalan di Chaoyang, distrik terpadat di ibu kota, semakin sepi minggu ini.
Sanlitun, area perbelanjaan kelas atas, juga tampak sepi pada hari Kamis. Hanya suara deru sepeda elektronik pengantar pengiriman yang mengantarkan makanan bagi mereka yang bekerja dari rumah yang terdengar.
Lonjakan infeksi mengurangi harapan investor bahwa China akan segera melonggarkan kebijakan nol-COVID yang kaku. Kebijakan ini telah menyebabkan penurunan di pasar properti, sekaligus memukul perekonomian negara tersebut.
Sudah hampir tiga tahun sejak pandemi pertama kali muncul di pusat kota Wuhan.
Baca Juga: Ini Bujuk Rayu China kepada Warganya Agar Mau Punya Anak Banyak
Pembatasan juga berdampak pada penduduk China yang semakin frustrasi.
"Hanya dengan melonggarkan pembatasan COVID-19 orang dapat hidup normal. Jika tidak, semuanya terhenti. Berapa banyak orang yang memiliki tabungan untuk mendukung mereka jika hal-hal terus terhenti? Dan bahkan jika Anda punya uang untuk tinggal di rumah setiap hari, itu bukan kehidupan sejati, yang bertahan pada hembusan udara terakhir," ujar salah seorang warga Beijing yang tidak mau menyebutkan namanya.
Kepemimpinan China terpaku pada kebijakan nol-COVID, yang mencakup beberapa pembatasan paling ketat di dunia, dengan mengatakan negara memandang penting aksi menyelamatkan nyawa dan mencegah sistem medis kewalahan.
Produksi pabrik terpukul oleh langkah-langkah tersebut, termasuk pabrik iPhone terbesar di dunia, yang telah diguncang oleh bentrokan keras antara pekerja dan petugas keamanan dalam perbedaan pendapat yang jarang terjadi.
Baca Juga: Kasus COVID-19 di China Meningkat, Beijing Menutup Taman dan Museum untuk Umum
Pada hari Rabu (23/11/2022), video yang diunggah di media sosial menunjukkan pekerja Foxconn merobohkan penghalang dan berkelahi dengan pihak berwenang dalam pakaian hazmat. Mereka berteriak "beri gaji kami". Kerusuhan tersebut menyusul kekacauan selama berminggu-minggu yang membuat sejumlah karyawan meninggalkan pabrik karena pengendalian COVID.
Pemerintah China pun mengakui adanya tekanan pada ekonomi. Terkait hal itu, kabinet mengatakan China akan menggunakan pemotongan cadangan kas bank tepat waktu dan menggunakan alat kebijakan moneter lainnya untuk memastikan ada cukup likuiditas.