Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China memiliki beragam cara bujuk rayu agar masyarakatnya mau memiliki banyak anak.
Sejumlah cara yang dilakukan antara lain akses kredit perumahan dengan bunga rendah dan rumah bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Selain itu, ada penitipan untuk anak usia 2 tahun, tidak hanya usia 3 tahun ke atas, kerja remote, hingga jam kerja yang fleksibel.
Itulah tawaran pemerintah China bagi calon orang tua agar mau memiliki banyak anak.
Data statistik menunjukkan tingkat kelahiran di negara itu terus turun meskipun pemerintah telah mendorong para pasangan untuk memiliki tiga anak sejak 2021 lalu.
Bahkan pertumbuhan populasi China yang lemah semakin mendekati angka nol. Data pemerintah menunjukkan pada hari Selasa (11/5/2021), ini dikarenakan lebih sedikit pasangan yang memiliki anak. Kondisi tersebut semakin menambah ketegangan pada masyarakat yang menua dengan tenaga kerja yang menyusut.
Melansir AP yang mengutip Biro Statistik Nasional yang mengumumkan setelah sensus satu dekade, populasi meningkat 72 juta orang selama 10 tahun terakhir menjadi 1,411 miliar pada 2020. Dikatakan pertumbuhan tahunan rata-rata 0,53%, turun 0,04% dari dekade sebelumnya.
Baca Juga: Comac, Senjata China Untuk Mengusik Duopoli Airbus-Boeing Siap Merilis Pesawat C919
Pergeseran itu membuat pemerintah mengubah strateginya dengan merangkul "dividen bakat". Pemerintah kini berfokus pada lebih sedikit orang muda untuk dididik terampil dalam bidang yang dibutuhkan.
Pemerintah China meninggalkan startegi dahulu yang mengandalkan "dividen demografis", sebuah kondisi di mana jumlah pekerja muda terus muncul dan tampaknya tidak akan habis.
Peneliti di Institute for Population and Labor Economics, Chinese Academy of Social Sciences, Niu Jianlin, pekan lalu mengatakan kepada China Discipline Inspection and Supervision News yang berafiliasi dengan pemerintah bahwa, "Menurut laporan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China, pendidikan, sains dan teknologi serta bakat adalah dukungan dasar dan strategis untuk membangun negara sosialis modern secara menyeluruh."
Dia menambahkan, ini menunjukkan arah untuk lebih meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan transisi dari dividen demografis menjadi dividen bakat.
Baca Juga: Shanghai China Wajibkan Tes Covid-19 Seminggu 2 Kali, Kasus Baru Bertambah Lagi
Informasi tambahan saja, para pemimpin China telah memberlakukan pembatasan kelahiran sejak 1980 untuk menahan pertumbuhan penduduk.
Akan tetapi, hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan jumlah orang usia kerja turun terlalu cepat, sehingga mengganggu upaya untuk menciptakan ekonomi yang sejahtera.
Pemerintah China kemudian telah meringankan kebijakan pembatasan kelahiran. Akan tetapi, pasangan suami-istri di China menunda memiliki anak karena biaya yang tinggi, perumahan yang sempit, dan diskriminasi pekerjaan terhadap para ibu.
"Sumber daya tenaga kerja masih melimpah," kata direktur badan statistik, Ning Jizhe, pada konferensi pers seperti yang dikutip AP pada pertengahan tahun lalu.
Data statistik China menunjukkan, persentase anak-anak dalam populasi naik tipis dibandingkan dengan tahun 2010, sementara persentase warga berusia 60 tahun ke atas meningkat lebih cepat.
Selain itu, kelompok pekerja potensial berusia 15 hingga 59 tahun menyusut menjadi 894 juta, turun sekitar 5% dari puncak tahun 2011 sebesar 925 juta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berbagai Cara China Rayu Warganya Punya Banyak Anak"
Editor : Danur Lambang Pristiandaru