Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MUMBAI. Kebijakan larangan ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO oleh Indonesia yang tidak terduga bisa membantu Malaysia muncul sebagai pemasok dominan ke India, pembeli utama minyak nabati dunia.
Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia tetapi kebijakan ekspornya yang tidak menentu, termasuk larangan terbaru yang diumumkan pada 22 April, telah mendorong konsumen India untuk meningkatkan ketergantungan mereka pada Malaysia.
Malaysia memposisikan diri untuk memanfaatkan larangan ekspor Indonesia dengan memangkas pajak ekspor CPO hingga setengahnya, Menteri Komoditas Malaysia Zuraida Kamaruddin menngatakan pada Selasa (10/5).
"Malaysia adalah penerima manfaat terbesar dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi," kata B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Asosiasi Ekstraktor Pelarut India (SEA), badan perdagangan minyak nabati yang berbasis di Mumbai.
"Karena Indonesia tidak ada di pasar, Malaysia menjual lebih banyak, dan dengan harga yang mendekati rekor tinggi," ungkapnya kepada Reuters.
Baca Juga: Demi Dongkrak Ekspor dan Produksi, Malaysia bakal Potong Tarif Pajak CPO
Dalam lima bulan pertama tahun pemasaran 2021/22, India telah membeli 1,47 juta ton CPO Malaysia dibandingkan dengan 982.123 dari Indonesia, menurut data yang SEA kumpulkan.
Perkiraan pedagang untuk Mei menunjukkan, India mengimpor sekitar 570.000 ton CPO, dengan 290.000 dari Malaysia dan 240.000 dari Indonesia.
Jika larangan ekspor Indonesia tetap berlaku selama dua minggu lagi, maka impor minyak sawit India selama Juni bisa turun menjadi 350.000 ton, sebagian besar dari Malaysia.
Pergeseran impor CPO India akan menjungkirbalikkan pola dominasi Indonesia yang mapan di negara Asia Selatan itu.
Namun, penyulingan CPO India merasa mereka harus melindungi rantai pasokan mereka dari perubahan kebijakan setelah intervensi Indonesia di pasar minyak sawit sejak 2021.
Baca Juga: Indonesia Larang Ekspor Minyak Goreng, Stok CPO Malaysia Melonjak
"Anda tidak bisa hanya mengandalkan Indonesia dan menjalankan bisnis. Bahkan jika Indonesia menawarkan diskon, kita harus mengamankan pasokan dari Malaysia untuk melindungi diri dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi," kata perusahaan penyulingan yang berbasis di Mumbai.
Tapi, persediaan CPO Malaysia yang relatif ketat masih menjadi kekhawatiran, menyusul kekurangan tenaga kerja yang berkepanjangan yang telah memangkas hasil produksi
Malaysia memproduksi sekitar 40% dari produksi CPO Indonesia. Sehingga, negeri jiran tidak bisa sepenuhnya menggantikan pasokan Indonesia.
Meski begitu, konsumen CPO India ingin meningkatkan kesepakatan Malaysia dan mengurangi ketergantungan mereka pada Indonesia.
"Indonesia mungkin akan mencabut larangan ekspor pada bulan ini, tetapi tidak ada jaminan tidak akan membatasi ekspor lagi. Kebijakan ekspor Malaysia jauh lebih stabil dan itulah yang kami inginkan," kata seorang pembeli CPO India, yang menolak disebutkan namanya, kepada Reuters.