Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sebuah insiden yang mengguncang Washington, D.C., helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS bertabrakan dengan pesawat penumpang regional, mengakibatkan tewasnya 67 orang.
Kejadian ini menambah daftar panjang kecelakaan transportasi yang menyisakan banyak pertanyaan. Saat ini, penyelidikan yang dipimpin oleh badan otoritas transportasi federal sedang berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti dari kecelakaan tersebut.
Pernyataan Donald Trump Mengenai Ketinggian Terbang Helikopter Black Hawk
Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan penting yang mengungkapkan bahwa helikopter Black Hawk terbang pada ketinggian yang terlalu tinggi saat kecelakaan terjadi.
Baca Juga: Pesawat Jatuh di Philadelphia, Kecelakaan Tragis Kembali Terjadi di AS
Dalam sebuah unggahan di platform Truth Social, Trump menyebutkan bahwa helikopter tersebut terbang jauh di atas batas ketinggian 200 kaki (61 meter) yang ditetapkan untuk rute terbang helikopter di atas Sungai Potomac, dekat Bandara Nasional Ronald Reagan Washington.
"Helikopter Black Hawk terbang terlalu tinggi, jauh di atas batas 200 kaki. Itu tidak terlalu sulit untuk dipahami, kan?" kata Trump dalam unggahannya.
Rute Terbang dan Batas Ketinggian Helikopter
Helikopter militer AS secara rutin melintasi rute di atas Sungai Potomac, yang dikenal dengan nama Rute 4. Rute ini melewati area dekat Bandara Ronald Reagan, yang merupakan salah satu bandara tersibuk di Washington, D.C.
Baca Juga: Trump Tak Beri Ampun! Tarif Impor Baru Meksiko, Kanada dan China Berlaku 1 Februari
Untuk alasan keselamatan, helikopter-helikopter militer yang terbang di sepanjang rute ini diharuskan untuk tidak melebihi ketinggian 200 kaki, agar tidak mengganggu lalu lintas udara pesawat penumpang yang lebih besar.
Penyelidikan Lanjutan dan Penundaan Operasi Helikopter
Penyelidikan lebih lanjut dilakukan oleh pihak berwenang untuk memastikan apakah ketinggian yang tidak sesuai adalah penyebab utama kecelakaan tersebut. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengonfirmasi adanya kemungkinan masalah ketinggian dengan helikopter Black Hawk, meskipun masih terlalu dini untuk menyimpulkan sepenuhnya.
"Kami sedang memeriksa ketinggian, dan presiden sudah jelas tentang itu: seseorang berada pada ketinggian yang salah. Penyelidikan akan membantu kami memahami itu," kata Hegseth.
Selain itu, Angkatan Darat AS menekankan bahwa awak helikopter yang terdiri dari tiga prajurit memiliki pengalaman terbang yang sangat baik. Pilot instruktur yang menjadi pilot utama memiliki lebih dari 1.000 jam terbang, sementara pilot lainnya memiliki 500 jam terbang.
Pengaruh Insiden terhadap Operasi Helikopter di Washington D.C.
Sebagai dampak dari insiden tersebut, unit helikopter dari Batalyon Penerbangan ke-12 yang berbasis di Fort Belvoir, Virginia, yang mengoperasikan helikopter tersebut, diberhentikan selama 48 jam pada hari Kamis.
Hegseth bahkan menyarankan agar penghentian operasional tersebut diperpanjang sampai penyelidikan tuntas. “Kami harus menghentikan operasi itu sampai kami mendapatkan jawaban mengenai hal ini,” ujar Hegseth.
Baca Juga: Donald Trump Picu Kontroversi! Pernyataannya soal Tragedi Pesawat Bikin Heboh
Pembatasan Penerbangan Helikopter oleh FAA
Sebagai langkah lanjutan, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS memutuskan untuk memberlakukan pembatasan penerbangan helikopter di sekitar Bandara Nasional Washington Reagan untuk waktu yang tidak ditentukan. Langkah ini diambil untuk mencegah potensi kecelakaan serupa dan memberikan waktu bagi penyelidikan yang sedang berjalan.
Menurut Todd Inman, anggota Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, helikopter Black Hawk diperkirakan dilengkapi dengan perekam data. Meskipun belum ada kepastian apakah itu merupakan perekam data gabungan dan suara, para penyelidik merasa yakin bahwa perekam tersebut masih berada di dalam helikopter.
"Kami diberitahu bahwa ada perekam di dalamnya, dan meskipun belum ditemukan, kami yakin kami tahu di mana posisi perekam itu," ujar Inman dalam wawancara dengan CNN.