Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Korea Utara (Korut) memperingatkan, semakin banyak sanksi dan tekanan yang dijatuhkan, akan semakin mempercepat pengembangan program nuklir Pyongyang.
Lewat pernyataan resminya, Pyongyang menyebut serangkaian sanksi yang ditetapkan Perserikatan Bangsa Bangsa merupakan sanksi yang sangat kejam, tidak etis, dan tidak berperikemanusiaan.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut, seperti yang dilansir dari kantor berita KCNA, mengatakan: "Peningkatan sanksi oleh AS dan aliansinya kepada DPRK (Democratic People's Republic of Korea) hanya akan mendorong kami untuk mempercepat penyelesaian program senjata nuklir negara."
Diutarakan pula, tujuan dari sanksi PBB yang disetujui 11 September lalu, merupakan tekanan untuk menghapus penduduk, sistem, dan pemerintah Korut.
Sanksi ini merupakan upaya untuk membuat Korut kekurangan pasokan minyak dan memangkas pendapatan untuk pengembangan program senjata nuklir, melarang impor minyak dan pelarangan ekspor tekstil.
Namun, para kritikus mempertanyakan efektivitas penetapan sanksi ini. Pasalnya, Korut masih bisa melakukan perdagangan di dunia internasional.
Berdasarkan laporan kantor berita Bloomberg, tingkat perdagangan Korut dengan China pada tahun lalu diestimasi memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Korut sebesar 3,9%.
Sementara, Presiden AS dan China berkomitmen untuk memaksimalkan tekanan terhadap Korut melalui penetapan sanksi sesuai dengan resolusi PBB.
Sebelumnya, AS dan Korea Utara menggelar pelatihan bersama militer.
Menanggapi hal itu, Korut kembali menembakkan rudal melewati Jepang pada Jumat (15/9) lalu. Rudal tersebut menempuh jarak 3.700 km (2.299 mil), dan menempatkan wilayah Pasifik AS Guam dapat dengan mudah dijangkau. Korut sendiri memang berulang kali mengatakan bahwa mereka menargetkan Guam sebagai sasaran rudal mereka.
Peluncuran rudal tersebut menyusul sanksi terbaru yang ditetapkan PBB dengan suara bulat, karena dinilai merupakan aksi yang 'sangat provokatif'.