Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertikaian baru dengan India mengenai perbatasan di pegunungan terpencil di Himalaya telah menciptakan dilema baru bagi China untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan Amerika Serikat dan reaksi internasional terhadap penanganan pandemi virus corona.
Analis menilai Beijing berisiko mendorong New Delhi lebih jauh ke dalam kubu Amerika jika konflik di perbatasan saat ini terus berlarut-larut. Apalagi bila berubah menjadi bentrokan yang berlarut-larut seperti halnya pertikaian di Doklam pada tiga tahun lalu.
Baca Juga: Bursa Asia dibuka menguat, di tengah kehati-hatian investor tentang kerusuhan di AS
Meskipun China mengatakan bahwa situasi masih stabil dan dapat dikendalikan, ketegangan masih tetap tinggi di tengah salah satu penumpukan pasukan perbatasan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Sejauh ini belum ada rincian jelas soal bagaimana perselisihan ini dimulai, tetapi perkelahian antarpasukan selama lebih dari tiga minggu lalu di wilayah Ladakh utara dan dekat celah Naku La di sepanjang perbatasan Sikkim telah berubah menjadi zona militer yang tegang.
Ketika Covid-19 terus menghancurkan sebagian besar dunia termasuk India dan AS, hubungan China yang semakin bermusuhan dengan Amerika semakin memburuk.
"Cina berada di tengah-tengah kondisi yang bisa disebut momen nasionalis," kata Gal Luft, Co-Director Institut Analisis Keamanan Global, sebuah think tank yang berbasis di Washington seperti dikutip South China Morning Post.
Baca Juga: Perbatasan dengan China memanas, India: Kami tak akan biarkan harga diri dilukai
Dari perspektif Beijing, kondisi ekonomi global yang memburuk tidak lagi memungkinkannya untuk fokus pada impian China sebagai satu-satunya sumber legitimasi untuk pemerintahan satu partai.
"Sebaliknya, sekarang fokus pada masalah lain, seperti nasionalisme dan kedaulatan. Pergeseran ini diperkuat oleh meningkatnya persaingan dengan AS," kata Luft.