Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Para diplomat utama dari Jepang, China, dan Korea Selatan bertemu di Tokyo pada Sabtu untuk mencari kesepakatan dalam menghadapi tantangan keamanan dan ekonomi di Asia Timur.
Pertemuan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Titik Balik dalam Sejarah Diplomasi Asia Timur
Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, menekankan bahwa dunia berada pada titik balik sejarah yang penting. Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Tae-yul, ketiga negara berupaya memperkuat kerja sama regional guna menghadapi tantangan bersama.
Baca Juga: Ketegangan Kembali Meningkat di Perbatasan Israel-Lebanon
Salah satu hasil utama dari pertemuan ini adalah kesepakatan untuk mempercepat persiapan KTT trilateral di Jepang tahun ini. Pertemuan tingkat tinggi tersebut akan membahas berbagai isu strategis, termasuk upaya bersama dalam mengatasi penurunan angka kelahiran dan populasi yang menua, yang menjadi tantangan utama bagi ketiga negara.
Perubahan Aliansi Global dan Peran China
Pertemuan ini terjadi di tengah perubahan lanskap geopolitik yang dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump, yang mengguncang aliansi tradisional. Situasi ini memberikan peluang bagi China untuk mempererat hubungan dengan Jepang dan Korea Selatan, dua negara yang selama ini dikenal sebagai sekutu utama Washington.
Wang Yi menyoroti pentingnya kerja sama ekonomi antar ketiga negara, yang memiliki total populasi hampir 1,6 miliar jiwa dan output ekonomi lebih dari USD 24 triliun. China menyatakan keinginannya untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan bebas dengan Jepang dan Korea Selatan, serta memperluas keanggotaan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang kini mencakup 15 negara.
Namun, meskipun ada peluang kerja sama ekonomi, ketegangan geopolitik tetap menjadi hambatan utama dalam hubungan trilateral ini.
Baca Juga: Guns N' Roses Umumkan Drummer Baru, Isaac Carpenter Resmi Gantikan Frank Ferrer
Ketegangan Regional dan Posisi Berbeda
Meskipun ada komitmen untuk meningkatkan kerja sama, perbedaan mendalam masih membayangi hubungan ketiga negara. China berada dalam ketegangan dengan Jepang dan Korea Selatan terkait beberapa isu utama:
-
Dukungan China terhadap Korea Utara – Beijing terus memberikan dukungan diplomatik dan ekonomi kepada Pyongyang, yang menjadi perhatian serius bagi Tokyo dan Seoul.
-
Aktivitas Militer China di sekitar Taiwan – Jepang dan Korea Selatan mengkhawatirkan meningkatnya aktivitas militer China di Selat Taiwan yang dapat mengancam stabilitas kawasan.
-
Hubungan China dengan Rusia – Beijing terus mendukung Rusia dalam perang di Ukraina, sementara Jepang dan Korea Selatan selaras dengan kebijakan AS yang menentang tindakan Moskow.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Tae-yul, mendesak China untuk menggunakan pengaruhnya guna membujuk Korea Utara agar meninggalkan program nuklirnya. Ia juga menegaskan bahwa kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara harus segera dihentikan.
Baca Juga: Kembalinya Trump ke Gedung Putih Membuat 20% Jutawan Bitcoin Lenyap dalam Sekejap
Dialog Ekonomi dan Larangan Impor Produk Jepang
Selain isu-isu strategis, pertemuan ini juga mencakup diskusi ekonomi, termasuk dialog tingkat tinggi antara Jepang dan China – yang pertama dalam enam tahun terakhir. Salah satu poin utama dalam diskusi ini adalah kebijakan larangan impor makanan laut Jepang yang diberlakukan oleh China sejak pelepasan air limbah dari pembangkit nuklir Fukushima pada 2023.
Iwaya menekankan bahwa China telah berkomitmen sejak September lalu untuk melanjutkan impor produk perikanan Jepang. Jepang juga mendorong perluasan impor produk pertanian lainnya, termasuk daging sapi dan beras.
"Kami sepakat bahwa penting untuk segera menyelesaikan isu-isu yang dapat diselesaikan lebih awal," ujar Iwaya kepada wartawan setelah pertemuan.