kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ketika orang kaya di China hobi mengonsumsi ASI


Sabtu, 06 Juli 2013 / 21:00 WIB
Ketika orang kaya di China hobi mengonsumsi ASI
ILUSTRASI. Rupiah menguat terhadap dolar AS./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

Semakin banyak film Hollywood yang menjadi kenyataan. Kita tentu familiar dengan pelarian si pengungkap aksi dinas rahasia Amerika Serikat (AS), Edward Snowden. Kisah Snowden tentang Pemerintah AS yang rajin memata-matai warganya, setali tiga uang dengan cerita di film Enemy of The State, besutan tahun 1998 silam.

Kemudian di 2007 lalu, ada film berjudul Shoot 'Em Up. Di salah satu scene film tersebut mengisahkan, pria dewasa yang menyukai air susu ibu (ASI). Eh, sekarang kisah tersebut menjadi kenyataan. Setelah dugaan monopoli di industri susu, pekan ini bisnis susu di China kembali menghebohkan masyarakat dunia. Southern Metropolis Daily menulis maraknya bisnis wet nurse di China. Wet nurse adalah sebutan bagi perawat yang menyediakan jasa ASI.

Yang mengejutkan, penikmat jasa wet nurse tidak hanya bayi, melainkan, orang dewasa dan orang sakit. "ASI merupakan vitamin terbaik, khususnya bagi orang yang baru saja melakukan operasi," ujar Manajer Xinxinyu, Lin Jun. Xinxinyu adalah perusahaan penyalur staf rumah tangga di Shenzhen, Provinsi Guangdong. Jun bilang pihaknya telah lama menyodorkan jasa wet nurse. Selama ini konsumen jasa wet nurse berdatangan dari kaum tajir di Hong Kong.

Di China, ASI dianggap komoditas mahal, termasuk oleh kaum dewasa. Hal ini tak lepas dari kepercayaan tradisional masyarakat China. Sebagian para leluhur China beranggapan, ASI memiliki kandungan gizi terbaik. ASI juga dipercaya berkhasiat menambah stamina bagi orang sakit. Kepercayaan China pada ASI tercermin lewat cuplikan kisah di film besutan Bernardo Bertolucci, The Last Emperor. Di film tersebut, penikmat praktik wet nurse adalah para pembesar kerajaan dan kaum kaya. Praktik ini kemudian dilarang, seiring jatuhnya rezim Mao Zedong. 

Saat ini, ASI kian menjadi barang mahal. Konsumen harus merobek kocek hingga CNY 8.000 atau setara US$ 1.300 jika ingin menikmati ASI. Harga semakin mahal, apabila suster berusia muda dan cantik. Jun menyebutkan, perempuan yang bersedia menjadi wet nurse mendapat pemasukan sekitar CNY 16.000 atau setara US$ 2.600 saban bulan. Angka ini lebih besar empat kali lipat dibanding rata-rata gaji bulanan penduduk China. Xinxinyu merekrut tenaga wet nurse dari daerah miskin di pinggiran China.

Kamis lalu, kepada AFP, regulator setempat mengatakan telah memerintahkan Xinxinyu menghentikan operasinya. Izin usaha Xinxinyu juga dicabut.
Isu wet nurse untuk kalangan dewasa ini sontak memicu keramaian di jejaring media sosial China, Weibo. Ada sekitar 140.000 kicauan pengguna Weibo tentang wet nurse. "Ini menambah masalah China dengan memperlakukan perempuan sebagai barang konsumsi. Ini degradasi moral kaum kaya China," tulis Cao Baoyin, penulis di berbagai media China, di blog-nya.

Dalam survei online, hampir 90% partisipan menentang keras layanan wet nurse. Alasannya, merusak etika. Bahkan ada yang menuding, ini menjadi praktik prostitusi terselubung, seperti di film Shoot 'Em Up. Mengutip www.theaustralian.com, Profesor Shanghai University of Traditional Chinese Medicine, Li Haifeng menyatakan, ASI bisa menyehatkan organ internal dan memperpanjang usia hidup lansia. "ASI bukan pilihan baik bagi orang dewasa karena orang dewasa tidak memerlukan daya tahan seperti bayi," ujar ahli Nutrisi Beijing Friendship Hospital, Gu Zhongyi. 

Catatan saja, berdasarkan laporan Badan Anak-anak Internasional (UNICEF), tingkat menyusui di China terbilang rendah, sekitar 28% pada tahun 2012. Penyebabnya, keterbatasan waktu sebagai ibu menyusui dan gencarnya pemasaran susu formula. 



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×