Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Kementerian Keuangan (MOF) Jepang memperkirakan, kewajiban pembayaran utang Jepang kemungkinan akan melebihi 30 triliun yen atau setara US$ 261,55 miliar untuk pertama kalinya pada tahun fiskal 2025. Hal tersebut dapat terjadi jika suku bunga naik 1% lebih dari yang diharapkan.
Mengutip Reuters Rabu (19/1), MOF memproyeksikan kewajiban pembayaran utang akan mencapai 28,8 triliun yen pada tahun fiskal 2025, dengan harapan suku bunga hanya di angka 1,3%.
Namun, jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi 32,5 triliun yen pada tahun fiskal 2025 jika suku bunga naik menjadi 2,3%.
Berlanjut, nilai tersebut akan meningkat hingga 36,3 triliun yen jika suku bunga mencapai 3,3%. Jika terjadi, hal tersebut akan membebani pengeluaran yang dibutuhkan untuk bidang yang terkait dengan kebijakan seperti pendidikan, pertahanan, dan pekerjaan umum.
Baca Juga: Ilmuwan Jepang Ciptakan Masker Burung Unta, Bersinar Jika Pemakai Terinfeksi COVID-19
Peningkatan biaya pembayaran utang akan sedikit melebihi pengeluaran pemerintah mengingat putaran penerbitan utang terkait Covid-19 selama dua tahun terakhir.
Terlepas dari tumpukan utang, pemerintah Jepang dapat menghabiskan stimulus besar-besaran karena kebijakan suku bunga BOJ yang sangat rendah membuat biaya pinjaman tetap rendah.
Di Jepang, bertahun-tahun stimulus fiskal besar-besaran telah meninggalkan infrastruktur yang jarang digunakan di daerah pedesaan, tumpukan utang dan biaya pembayaran utang, yang sekarang menyumbang seperempat dari anggaran negara tahun ini senilai rekor 107,6 triliun yen.
Dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan sebesar 3%, anggaran fiskal 2025 akan naik ke rekor 111,6 triliun yen. Penerimaan pajak akan mencapai rekor 72,1 triliun yen, pendapatan bukan pajak sebesar 5,6 triliun yen, dan utang pemerintah baru akan lebih rendah menjadi 33,9 triliun yen.