Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PHNOM PENH. Blok negara-negara Asia Tenggara alias ASEAN menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi dialog damai antara semua pihak yang terlibat dalam ketegangan di Selat Taiwan baru-baru ini.
ASEAN pada Kamis (4/8) mengaku khawatir masalah Taiwan bisa meluas ke wilayah lain. Mereka menilai, tensi tinggi bisa menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka, dan masalah lainnya di antara negara-negara besar.
"ASEAN siap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog damai antara semua pihak," ungkap ASEAN dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Kritik Kunjungan Pelosi ke Taiwan, Rusia dan Korut Berikan Dukungan untuk China
ASEAN menentukan sikapnya itu dalam sebuah pernyataan dari para menteri luar negerinya. Kamboja, yang kini menjadi ketua blok, mendesak semua pihak untuk mengurangi ketegangan atas Taiwan.
Pertemuan Kamis di Phnom Penh juga dihadiri oleh sejumlah negara tamu, termasuk AS dan China yang kini sedang berseteru akibat kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
Dalam pernyataan bersama, ASEAN juga menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari tindakan provokatif.
Negara-negara ASEAN hingga saat ini berhubungan sangat baik dengan AS dan China. Mereka pun cenderung berhati-hati dalam mencoba menyeimbangkan hubungan mereka dengan dua negara ekonomi terbesar itu.
Baca Juga: Empat Aktivis Pro-Demokrasi Myanmar Dieksekusi Mati Junta Militer
Pada Jumat (5/8) besok, pertemuan keamanan Forum Regional ASEAN akan digelar. Akan ada 27 menteri luar negara yang akan bergabung dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan ASEAN ini diprediksi akan fokus pada upaya penyelesaian masalah Myanmar yang terus didesak komunitas internasional.
Pada Rabu (3/8), Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan, ASEAN akan dipaksa untuk mempertimbangkan kembali rencana perdamaian yang disepakati dengan Myanmar, terutama jika pemerintahnya mengeksekusi lebih banyak tahanan politik.
Junta Myanmar pekan lalu mengeksekusi mati empat orang aktivis anti-kudeta, langkah yang tentu memicu kecaman dari masyarakat internasional.