kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Kim Jong-il wafat, Korea Utara berpotensi mengalami ketidakstabilan politik


Senin, 19 Desember 2011 / 12:02 WIB
Kim Jong-il wafat, Korea Utara berpotensi mengalami ketidakstabilan politik
ILUSTRASI. Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun pada Sabtu (16/1).


Sumber: BBC | Editor: Rizki Caturini

SEOUL. Kematian pemimpin komunis Korea Utara (Korut) Kim Jong-il cukup mengejutkan berbagai pihak di dalam maupun luar negeri. Sejak menderita stroke mulai 2008, ia sering absen dari pandangan publik selama berbulan-bulan.

Kantor berita pemerintah, KCNA, mendesak rakyat Korut untuk bersatu mendukung anak ketiga Jong-il bernama Kim Jong-un yang berusia hampir 30 tahun untuk menggantikan Jong-il menjadi pemimpin Korut.

"Semua anggota partai, orang militer, dan publik harus mendukung dan memperkuat kepemimpinan Jong-un nantinya," ujar kantor berita KCNA.

Rencananya, pemakaman Kim Jong-il akan digelar di Pyongyang pada 28 Desember ini. Untuk mengenang pemimpin mereka, pada kurun waktu 17-29 Desember 2011 dinyatakan sebagai hari berkabung nasional di Korut.

Wartawan BBC, Lucy Williamson di Seoul mengatakan, kematian Kim Jong-il, sebagai pemimpin otoriter di negara ini berpotensi menyebabkan gelombang kejut yang sangat besar di Korea Utara. Mengingat Korut hanya memiliki sekutu sedikit dengan memiliki senjata nuklir yang kontroversial.

Korut menyatakan negara dalam status siaga dan akan mengadakan pertemuan darurat akibat kematian pemimpin mereka ini. Setelah pengumuman kematian Jong-il menyebar, pasar saham Asia langsung jatuh.

Profesor Lee Jung-hoon, Profesor Hubungan Internasional Universitas Yonsei di Seoul, mengatakan, transisi kekuasaan dari ayah ke anak yang telah dipersiapkan ini berpotensi membuat kondisi di Korea Utara tidak stabil.

"Kami sangat khawatir, karena setiap ada ketidakstabilan, Korea Utara suka mencari situasi eksternal sebagai kambing hitam untuk mengalihkan perhatian termasuk terlibat dalam provokasi," kata Jung-hoon.






Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×