Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pendapatan perusahaan-perusahaan besar yang terkait dengan teknologi diperkirakan akan kembali memimpin pertumbuhan laba S&P 500 pada periode pelaporan AS mendatang. Ini dapat menambah optimisme saham setelah awal yang lemah di bulan April.
Kekhawatiran terhadap prospek suku bunga masih membayangi musim laporan laba kuartal pertama, dengan perkiraan jadwal penurunan suku bunga Federal Reserve diundur karena perekonomian tetap kuat.
Analis memperkirakan perusahaan-perusahaan S&P 500 secara agregat akan melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 5% pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data Infrastruktur dan Data Pasar Keuangan (LSEG).
Proyeksi ini disokong setelah pertumbuhan pendapatan yang jauh lebih kuat dari perkiraan sebesar 10,1% pada kuartal keempat tahun 2023 yang disebabkan keuntungan pada sektor teknologi berkapitalisasi jumbo.
Pendapatan dari beberapa bank besar AS secara tidak resmi memulai periode pelaporan pada hari Jumat. Seperti Netflix, Procter & Gamble, UnitedHealth, dan Travellers Cos akan rilis kinerja minggu depan.
Baca Juga: Dapat Insentif US$ 6 Miliar, Samsung Siap Produksi Cip di AS
Pendapatan untuk sektor layanan komunikasi yang mencakup nama-nama seperti Alphabet, diperkirakan meningkat 26,7% dari tahun lalu. Sektor teknologi yang mencakup Nvidia, Apple dan Microsoft, diperkirakan meningkat 20,9% pada kuartal pertama, menurut data LSEG.
Layanan komunikasi memimpin kenaikan pendapatan pada kuartal keempat tahun 2023, dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 53,3%, sementara pendapatan teknologi tumbuh 24,2%.
Investor tetap optimis terhadap kecerdasan buatan. Nasdaq pada akhir bulan Februari mencapai rekor penutupan tertinggi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, karena demam AI telah mendorong demonstrasi di Nvidia dan perusahaan teknologi kelas berat lainnya.
“Kami melihat siklus belanja modal yang sehat ke depan baik dari AI maupun mega proyek lainnya juga pada sektor listrik dan komoditas,” tulis ahli strategi BofA Securities dalam catatan penelitiannya pada Kamis (11/4) seperti dikutip Reuters pada Jumat (12/4).