Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Proyeksi harga minyak brent di tahun ini kian terbatas karena kondisi ekonomi global. Beberapa analisa menunjukkan prospek minyak bakal berada di bawah US$ 90 per barel.
Yang terbaru, Goldman Sachs Group Inc., salah satu bank paling bullish dalam prospek minyak, sekali lagi menurunkan perkiraan harganya di tengah meningkatnya pasokan global dan berkurangnya permintaan.
Goldman Sachs telah menurunkan perkiraan Brent untuk Desember menjadi US$ 86 per barel, turun dari perkiraan sebelumnya US$ 95 per barel. ini adalah revisi turun ketiga Goldman dalam enam bulan terakhir setelah sebelumnya mempertahankan prediksi bullish US$ 100 per barel. Kontrak Agustus Brent menetap di US$ 74,79 per barel pada hari Jumat.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Minggu Kedua, Kekhawatiran Permintaan Membayangi Pemangkasan
"Kami tidak pernah salah selama ini tanpa melihat bukti untuk mengubah pandangan kami," kata Jeff Currie, kepala penelitian komoditas Goldman dikutip dari Bloomberg, Senin (12/6).
Ia melihat peningkatan pasokan dari negara-negara yang menghadapi sanksi adalah pendorong utama dalam prospek harga yang lebih rendah. Produksi pasokan Rusia, khususnya hampir sepenuhnya pulih meskipun ada sanksi dari negara-negara Barat.
Tak hanya itu, kekhawatiran resesi juga membebani harga, dengan suku bunga yang lebih tinggi kemungkinan akan menjadi hambatan terus-menerus untuk harga yang lebih tinggi.
Sementara itu, survei Reuters terhadap 43 ekonom dan analis memperkirakan minyak mentah Brent akan mencapai rata-rata US$ 84,73 per barel pada tahun 2023, turun dari konsensus US$ 87,1 per barel pada bulan April.
Sebagian besar analis memperkirakan minyak diperdagangkan di sekitar level US$ 80 per barel tahun ini, dengan perusahaan data dan analitik Kpler mencatat bahwa kekhawatiran ekonomi makro adalah pendorong utama harga minyak mentah tahun ini, membayangi fundamental yang relatif ketat.
Matthew Sherwood, analis komoditas utama di EIU bilang kekhawatiran seputar pengetatan moneter yang kuat, kegagalan bank di AS, risiko gagal bayar utang AS dan kinerja ekonomi China yang tidak merata telah membatasi kenaikan pasar meskipun jatuh ke dalam defisit pada paruh kedua tahun ini.
Di sisi lain, Administrasi Informasi Energi AS (EIA) meningkatkan perkiraan harga spot Brent rata-rata untuk tahun 2023 dan 2024 dalam prospek energi jangka pendek (STEO) terbaru.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Lebih dari 1,5% di Akhir Pekan, Ini Sentimen yang Menyeretnya
Menurut STEO Juni, EIA sekarang memperkirakan harga spot Brent rata-rata US$ 79,54 per barel tahun ini dan US$ 83,51 per barel tahun depan. Dalam STEO sebelumnya, yang dirilis pada bulan Mei, EIA memproyeksikan bahwa harga spot Brent akan rata-rata US$ 78,65 per barel tahun ini dan US$ 74,47 per barel pada tahun 2024.
“Terlepas dari pelemahan harga minyak baru-baru ini selama Mei, kami perkirakan persediaan minyak global akan menurun di setiap kuartal dari kuartal ketiga 2023 hingga 2024, yang kami perkirakan akan memberikan tekanan ke atas secara bertahap pada harga minyak,” tulis EIA.