Sumber: BBC |
KAIRO. Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan setidaknya 42 orang tewas dan 400 lainnya luka-luka dalam bentrok antara aparat keamanan dan pendukung Presiden Mohammed Morsi yang digulingkan.
Para demonstran mengatakan polisi dan tentara mengeluarkan tembakan tanpa peringatan setelah menyerbu lokasi unjuk rasa, di depan barak militer di ibukota Kairo.
Penembakan terjadi ketika para pengunjuk rasa sedang salat Subuh. Namun aparat keamanan mengatakan teroris bersenjata mencoba menyerang barak, menewaskan satu orang tentara.
Dalam keterangan pers, Ikhwanul Muslimin, kelompok asal Morsi, menuduh tentara melakukan pembantaian dan menyerukan rakyat untuk melancarkan perlawanan terhadap militer.
Kantor FJP ditutup
Adly Mansour, presiden sementara yang menggantikan Morsi, mengeluarkan keprihatinan yang mendalam atas pembunuhan ini dan meminta semua pihak untuk menahan diri.
Kantor berita resmi Mesir memberitakan bahwa Mansour telah memerintahkan pembentukan komisi yudisial guna penyelidikan insiden penembakan tersebut.
Sementara itu partai berhaluan Islam Al-Nour menggambarkan insiden di Kairo tersebut pembantaian dan mundur dari perundingan yang tadinya ditujukan untuk memilih perdana menteri sementara.
Mohammed El Baradei, salah seorang pemimpin oposisi yang diperkirakan akan menjadi PM sementara, mengatakan harus ada penyelidikan independen dan memperingatkan kekerasan bisa meningkat.
Dalam perkembangan lain, jaksa meminta penutupan kantor pusat sayap politik Ikhwanul Muslimin, Partai Keadilan dan Kebebasan (FJP), setelah polisi mengatakan ditemukan senjata di kantor partai tersebut di Kairo.