Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LONDON. Krisis politik dan gejolak keuangan di Italia menebar kecemasan di pasar keuangan. Gara-gara sentimen negatif ini pula, kurs euro dan pasar saham di Asia merosot. Malah, euro meluncur ke level terendah dalam 10 bulan terakhir.
Salah satu sumber Reuters yang dekat dengan The Five Star Movement, partai politik terbesar di parlemen baru Italia mengatakan, partainya akan mencoba lagi untuk membentuk koalisi dengan sayap kanan.
Namun, Presiden Italia Sergio Mattarella yang tidak sreg dengan koalisi tersebut dapat saja membubarkan parlemen Italia dalam beberapa hari mendatang. Alhasil, Italia akan kembali ke melakukan pemilihan umum pada 29 Juli mendatang.
Namun pemilu ulang ini menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Sebab bisa menjadi referendum masa depan Italia di zona euro dan berdampak pada euro. Sentimen ini yang membuat euro melemah. Selasa lalu (29/5), euro melemah ke level terendah dalam 10 bulan terakhir di level US$ 1,1540 per euro. Kemarin, euro sedikit naik ke level US$ 1,1598.
Tak hanya berdampak pada mata uang euro, bursa saham Asia juga kompak memerah. Pelemahan paling dalam dialami oleh bursa Malaysia yang turun 3,18%, Shenzhen turun 2,82% dan Shanghai turun 2,53%, kemarin.
Lelang utang Italia
Lelang surat utang Pemerintah Italia yang berjalan mulus membantu menenangkan kegelisahan pasar. Meski demikian, analis mengatakan, euro masih berisiko jatuh.
"Risiko terhadap euro didominasi politik. Kami yakin euro akan bergerak terbatas," ujar Alvin Tan, Ahli Strategi FX Societe Generale seperti dikutip Reuters.
Kekhawatiran ini ditambah dengan ancaman perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan tetap mengenakan tarif impor hingga senilai US$ 50 miliar pada barang-barang China. Padahal sebelumnya, negosiasi perjanjian perdagangan dua negara itu dikabarkan berjalan positif.
Michael Hewson analis CMC Markets mencatat, imbal hasil obligasi Italia jauh lebih rendah dari 7% yang mereka capai pada tahun 2012. Kondisi ini mendorong Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi berjanji melakukan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan blok Uni Eropa.
Namun seperti dikutip Guardian Hewson menambahkan, kondisi ini menjadi tanda bahwa biaya pinjaman Italia berada di level yang tinggi.
Analis Rabobank mengatakan laju penurunan euro terhadap dollar AS telah melampaui ekspektasi. Dus, analis memangkas perkiraan pergerakan euro terhadap dollar AS dalam 12 bulan ke depan menjadi US$ 1,12 dari sebelumnya di US$ 1,15 per euro. "Risiko politik yang bergejolak dan prospek euro telah jelas memburuk," jelas para analis.