Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Seorang diplomat senior Jepang akan bertolak ke China pada Senin (17/11/2025), menurut laporan media Jepang, di tengah upaya Tokyo meredakan ketegangan diplomatik terkait isu Taiwan yang belakangan memperburuk hubungan kedua negara bertetangga di Asia Timur itu.
Ketegangan memuncak setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi mengatakan kepada parlemen bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat mengancam kelangsungan hidup Jepang dan berpotensi memicu respons militer.
Baca Juga: Vatican Kembalikan Artefak Asli Kanada Sebagai Langkah Rekonsiliasi
Pernyataan tersebut selama ini dihindari oleh para pejabat Jepang karena dikhawatirkan memprovokasi Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya.
Masaaki Kanai, Direktur Jenderal Biro Asia dan Oseania di Kementerian Luar Negeri Jepang, dilaporkan akan bertemu dengan mitranya dari China, Liu Jinsong.
Kanai disebut akan menjelaskan bahwa pernyataan Takaichi bukan sinyal perubahan kebijakan keamanan Jepang, serta mendesak China agar menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk hubungan bilateral.
Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan belum dapat mengonfirmasi apakah Kanai benar-benar akan melakukan perjalanan tersebut.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Senin (17/11) Pagi: Brent ke US$63,81 & WTI ke US$59,50
Pada Jumat lalu, Beijing memperingatkan bahwa Jepang akan menghadapi “kekalahan militer yang menghancurkan” jika ikut campur dalam isu Taiwan, serta memanggil duta besar Jepang untuk menyampaikan “protes keras”.
China juga mengimbau warganya agar tidak bepergian ke Jepang, memicu kekhawatiran akan turunnya bisnis sektor pariwisata Jepang.
Media yang terafiliasi pemerintah China terus melancarkan kritik terhadap PM Takaichi pada Senin.
“Pernyataan berbahaya Takaichi, yang telah menyentuh sensitivitas berbagai pihak, bukan hanya tindakan sembrono secara strategis tetapi juga provokasi yang disengaja,” tulis People’s Daily, koran resmi Partai Komunis China, dalam sebuah editorial.
Baca Juga: Dolar Menguat Tipis Senin (17/11) Pagi, Menanti Rilis Data Ekonomi AS yang Tertunda
Menurut Takahide Kiuchi, ekonom eksekutif di Nomura Research Institute, penurunan jumlah wisatawan China serupa dengan penurunan 25% yang terjadi pada sengketa diplomatik tahun 2012 dapat menimbulkan kerugian ekonomi signifikan bagi Jepang.
“Penurunan jumlah wisatawan pada skala ini dapat menekan pertumbuhan hingga lebih dari setengah tingkat pertumbuhan tahunan Jepang,” ujarnya.












