Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak melemah pada awal perdagangan Asia, Senin (17/11/2025), menghapus kenaikan yang tercatat akhir pekan lalu, setelah aktivitas pemuatan minyak kembali dilanjutkan di pelabuhan ekspor utama Rusia, Novorossiysk.
Pengapalan di pelabuhan Laut Hitam itu sebelumnya dihentikan selama dua hari akibat serangan Ukraina.
Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent turun 58 sen atau 0,9% menjadi US$63,81 per barel pada pukul 00.50 GMT.
Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di US$59,50 per barel, melemah 59 sen atau 1,0% dari penutupan Jumat.
Baca Juga: Dolar Menguat Tipis Senin (17/11) Pagi, Menanti Rilis Data Ekonomi AS yang Tertunda
Kedua patokan harga minyak tersebut sempat menguat lebih dari 2% pada Jumat, menutup pekan dengan kenaikan tipis setelah penghentian ekspor di Novorossiysk dan terminal Caspian Pipeline Consortium menekan sekitar 2% pasokan global.
Menurut dua sumber industri dan data LSEG, pelabuhan Novorossiysk kembali melanjutkan pemuatan minyak pada Minggu.
Namun, intensifikasi serangan Ukraina terhadap infrastruktur minyak Rusia tetap menjadi perhatian pasar karena berpotensi menimbulkan gangguan lanjutan.
Militer Ukraina pada Sabtu menyatakan telah menghantam kilang minyak Ryazan di Rusia, sementara Staf Umum Kyiv pada Minggu mengatakan pihaknya juga menyerang kilang minyak Novokuibyshevsk di wilayah Samara.
Baca Juga: Emas Spot Naik ke US$4.091 Senin (17/11): Investor Nantikan Data Ekonomi AS Pekan Ini
“Para investor tengah menilai sejauh mana serangan Ukraina dapat mempengaruhi ekspor minyak Rusia dalam jangka panjang, sekaligus merealisasikan keuntungan setelah reli Jumat lalu,” ujar analis Fujitomi Securities, Toshitaka Tazawa.
“Secara keseluruhan, persepsi kelebihan pasokan akibat peningkatan produksi OPEC+ masih membayangi,” tambahnya, seraya memperkirakan harga WTI akan bertahan di kisaran US$60 dengan fluktuasi sekitar US$5.
Pelaku pasar juga memantau dampak sanksi baru negara-negara Barat terhadap suplai dan arus perdagangan minyak Rusia.
Amerika Serikat (AS) akan memberlakukan larangan bertransaksi dengan perusahaan minyak Rusia seperti Lukoil dan Rosneft setelah 21 November untuk menekan Moskow agar bersedia melakukan pembicaraan damai terkait Ukraina.
Baca Juga: Perang Narkoba AS: Trump Buka Opsi Pembicaraan dengan Maduro
Presiden AS Donald Trump pada Minggu mengatakan Partai Republik sedang merancang aturan yang akan menjatuhkan sanksi kepada negara mana pun yang tetap berbisnis dengan Rusia.
Ia juga membuka kemungkinan Iran akan masuk dalam daftar sanksi terbaru.
Pada awal November, OPEC+ sepakat menaikkan target produksi untuk Desember sebesar 137.000 barel per hari besarannya sama dengan peningkatan pada Oktober dan November.
Kelompok produsen minyak itu juga memutuskan untuk menghentikan sementara kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.
Sementara itu, jumlah rig minyak aktif di AS meningkat sebanyak tiga unit menjadi total 417 rig dalam sepekan yang berakhir 14 November, menurut data Baker Hughes pada Jumat.












